I Miss You

2.6K 376 6
                                    

Jangan lupa vote + komen









"Jimin-ssi, kita harus segera kembali." Ujar Hanseong yang nampak panik.

Jimin menggeleng dengan tenang, sorot matanya masih tertuju pada bocah yang sedang menghabiskan banana milk-nya. "Nanti dulu." Ujar Jimin.

Wooju telah menghabiskan satu botol banana milk-nya, ia lalu memberikan botol kosong itu kepada Jimin. Kedua matanya terlihat sembab, ia bahkan sesekali masih terisak.

"Jimin-ssi, aku ke belakang sebentar." Pamit Hanseong saat ia menerima satu panggilan masuk.

Jimin mengangguk, namun sorotnya tak dapat lepas dari wajah sedih Wooju.

"Kenapa?" Tanya Jimin lembut.

Wooju kembali terisak. "N-naeun.. hiks..."

"Hm? Apa kalian akan menikah?" Tanya Jimin dengan kedua mata melebar penuh ketertarikan.

Wooju menggeleng.

"Lalu.. kenapa?"

"D-dia... Naeun, meninggalkanku. Hueee... Hiks..."

Jimin terdiam. Wajah cerianya mendadak menghilang. Senyum yang mengembang perlahan memudar. Sorot mata dengan binar kembali sayup. Tubuhnya mematung, ia memandang kosong ke depan. Bahkan telinganya berdenging hebat walaupun bocah laki-laki itu menangis semakin kencang.

Jimin tak dapat merasakan apapun.



#######



Hanseong melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh. Baru saja ia mendapat panggilan masuk dari pangeran yang tiba-tiba mengumpat dan meneriakinya.

"Sial! Dia sudah tahu semuanya." Umpat Hanseong semakin menginjak pedal gasnya.

Kim Taehyung mengatakan sambil berteriak akan membunuh Hanseong jika ia melukai Jimin. Taehyung tak mengatakan dimana ia berada. Namun, dapat didengar deru suara mobil dan suara klakson yang bersahutan, bisa dipastikan saat ini Taehyung berkendara ke Busan dengan kecepatan penuh.

Sementara itu di kursi penumpang, Jimin duduk dengan tatapan kosong. Hanseong sempat dibuat bingung dengan kondisi Jimin yang tiba-tiba menjadi lebih diam, ia bahkan menurut dan tak banyak tanya saat Hanseong membawanya ke mobil.

/Drrrt.... Drrrt..../

Hanseong melirik ke arah ponselnya, Taehyung lagi. Sudut bibir Hanseong tertarik, ia lalu mengangkat panggilan masuk itu dan sengaja mengeraskan suaranya.

"Yak! Brengsek! Dimana kau, pengecut?" Teriak Taehyung dengan suara seraknya.

Hanseong tertawa. Dugaannya benar, Taehyung buru-buru pergi ke rumah sakit sementara dirinya sudah terlebih dahulu kembali ke Seoul.

"Sedikit bermain kejar-kejaran." Kata Hanseong.

"Brengsek! Dimana Jimin, huh?"

Hanseong melirik sedikit kesamping, melihat Jimin masih berada pada posisinya. Masih melamun sambil memandang kosong kedepan, ia bersandar dengan tubuhnya yang lemah.

"Oy! Taehyung mencarimu." Kata Hanseong pada Jimin. Jimin masih diam tak bergerak.

"Jimin? Park Jimin! Ini aku, Jimin!" Teriak Taehyung berulang kali.

"Ssttt... Tak usah berteriak, kucing itu ada bersama ku saat ini."

"Brengsek! Jangan kau bawa dia kemana-kemana, kembalikan dia padaku!"

"Hanya jalan-jalan sebentar."

"Dasar pengkhianat, brengsek!"

Hanseong tertawa, saat Taehyung masih menyumpah serapahi dirinya, saat itu ia memutus sambungan telepon secara sepihak. Hanseong tak dapat membendung tawanya lagi saat ini.

Hormones [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang