Sudah sangat larut, dan hujan turun dengan amat deras. Seperti prediksi Jungkook pada Taehyung beberapa jam yang lalu sebelum Taehyung pamit pulang. Dan selama itu pula Jungkook menghabiskan waktunya untuk melamun di meja bar dapurnya. Duduk dibawah remang lampu sembari bersangga dagu, dengan sekaleng alkohol yang belum disentuhnya.
Sebelum pergi Taehyung memberikan sekaleng alkohol walaupun ia tahu Jungkook tak pernah ingin meminum alkohol lagi sejak kejadian tempo lalu. Namun, dengan senyuman khas miliknya ia tetap meninggalkan alkoholnya di atas meja bar sembari berucap,
"Untuk berjaga, jika kau butuh."Jungkook sekali lagi menghela napasnya dengan berat. Memandang sebentar alkohol yang sedari tadi menarik perhatiannya itu. Berpikir apakah ia akan mencicipinya lalu tertidur pulas tanpa membuat masalah, lalu terbangun pada keesokan harinya tanpa mengingat apapun yang terjadi malam ini.
Tentu tidak.
Semuanya akan selalu diingatnya.
Bagaimana dirinya mendapati Jimin mendengarkan apa yang harusnya tidak ia dengarkan.
Bagaimana Jimin yang berlari kembali ke kamarnya untuk tidur, bukan, lebih tepatnya menyembunyikan air matanya yang menggenang. Sangat kentara sekali ia hampir menangis, sebelum itu ia sudah terlebih dahulu menutupinya.Disamping itu semua, satu hal yang membuat Jungkook tak dapat melepaskan pandangannya dari alkohol. Sesuatu yang mengganggu pikirannya sejak Taehyung menggodanya dengan wajah serius, mengatakan sesuatu hal aneh yang menurut Jungkook hanya omong kosong.
"Menurutku, sepertinya kau jatuh hati pada pria mungil itu."
Tidak, hatinya tidak mungkin sudah dicuri. Tidak mungkin dirinya menjadi 'belok' hanya karena seorang pria mungil yang lemah. Iya, Jimin itu lemah. Bahkan Taehyung mengakuinya.
Jungkook tak tahan, ia pun menggenggam kaleng alkohol itu lalu menegaknya dengan terburu.
"Uhuk!" Jungkook tersedak saat cairan aneh itu membakar tenggorokannya. Dengan segera ia mengambil air dingin untuk mendinginkan rasa panas yang aneh itu.
Benar, dirinya sudah bertekad untuk tidak meminum minuman itu. Maka tubuhnya akan menolak.
Tapi, mengapa hatinya tidak?
#####
Jungkook pergi ke kamarnya untuk menengok tubuh si mungil yang saat ini tengah berbaring di atas tempat tidur. Sedikit melongok untuk memastikan apakah ia sudah tertidur.
Ya, tentunya sudah. Dia tidur dengan pulas.
Tidak.
Dia tidak sedang tidur.
"Jimin, apa kau baik-baik saja?" ujar Jungkook panik saat mendapati mata sembab dan wajah pucat pasih milik si mungil.
Segera ia mengangkat tubuh mungil itu untuk disandarkan pada dadanya, sedikit memeriksa suhu tubuhnya. Menyeka bulir keringat di keningnya yang tertutup oleh rambut lembutnya.
"Ya tuhan, Jimin!"
#####
"Kenapa dokter Shin lama sekali?" Gerutu Hoseok sembari melihat jam tangannya.
"Sudah aku bilang kalau aku baik-baik saja."
Hoseok hanya berdecih lalu ia melanjutkan kesibukannya sendiri. Sementara itu Yoongi hanya melihat awas apabila rekan kerjanya itu berbuat hal-hal aneh selama mereka menunggu panggilan dokter. Selain itu, Yoongi juga mengawasi Hoseok dari dokter muda cantik yang berulang kali lewat di hadapan mereka.
"Harusnya aku tadi berangkat sendiri, ck!"
"DOKTER! DOKTER! SIAPAPUN, TOLONG!"
"wah wah.. apa pemuda itu tidak tahu kalau ini rumah sakit, berisik sekali?" gumam Hoseok sembari memandang ke arah seorang pria muda yang sedang menggendong tubuh pria lain yang nampak begitu lemah.
Yoongi yang penasaran pun ikut melihat ke arah yang sama. Melihat seorang pria yang saat ini tengah panik sembari meminta tolong di depan meja resepsionis. Beberapa saat kemudian datang beberapa orang dengan pakaian serba putih sambil membawa brankar dorong menuju pria muda dengan coat hitam hingga lutut itu. Pria itu, dibantu oleh beberapa perawat, memindahkan tubuh yang lemah ke atas brankar.
Saat itu Yoongi baru mengenali siapa pria pembuat onar dengan pria yang lemah itu.
"Chimmy!"
"Tuan Yoongi, silahkan masuk."
"Ayo hyung- hyung? Yak! Mau kemana dia? Aish...!"
#####
"Apa kau menemui Jungkook lagi?"
"Heum! Hanya meminta tagihan uang rumah saja."
Namjoon menghela napasnya berat, lalu mengacak rambutnya kasar tak habis pikir dengan yang dilakukan oleh anaknya itu. Tiba-tiba ia mengingat akan satu hal, sontak senyum kemenangan pun terukir di wajah tampannya. "Apa kau sudah dikenalkan dengan kekasih barunya?"
Taehyung menghentikan kegiatan 'menghirup aroma tubuh mommy-nya', Seokjin.
Setelah pulang dari rumah Jungkook ia berkunjung ke rumah orangtuanya dengan alasan hujan deras. Sebenarnya ia ingin melepas rindunya pada mereka, terlebih pada Seokjin yang tempo lalu menelponnya sembari menangis mengucap rindu.
Tidur di ranjang yang sama, dengan Taehyung berada di tengah, memeluk erat tubuh Seokjin sembari menghirup aroma yang selama ini ia rindukan. Tak lupa dengan tangan kekar namun lembut yang selalu mengusap rambutnya dengan tempo ringan menenangkan, Daddy nya selalu tahu bagaimana cara membuatnya mengantuk.
Sama seperti yang mereka lakukan saat Taehyung masih kecil. Tapi ada yang berbeda.
Jika dulu mereka akan menanyakan bagaimana nilai dan teman-teman Taehyung di sekolah, maka sekarang mereka akan menanyakan bagaimana para kolega dan wanita-wanita yang selama ini selalu dikenalkan kepada Taehyung. Juga Jungkook, dan atutan-aturan kerajaan lainnya.
"Bagaimana Daddy tau tentang hal itu?"
Namjoon kehilangan senyumnya, kini ia hanya menatap punggung Taehyung penuh selidik. "Jadi kau sudah tahu ya?"
"Bagaimana Daddy bisa tahu?" ulang Taehyung.
"Jungkook sering mengajaknya pergi ke perpustakaan, mereka selalu berada disana, membaca buku sambil makan makanan manis." Namjoon mendengar suara helaan napas kecewa. "Lalu, apa yang akan kau lakukan?"
"Aku menerimanya."
"Syukurlah, anak ku sudah sangat dewasa sekarang. Kau sudah-"
"Tapi tidak dengan meninggalkan Jungkook."
Namjoon berhenti mengusap rambut Taehyung.
"Aku akan bersaing dengannya, setidaknya begitu sampai Jungkook benar-benar menentukan pilihannya."
######
"Chimmy!"
"Apa yang kau lakukan di sini?"
"Apa yang terjadi dengan Chimmy?"
"Chimmy? Namanya Jimin, ingat?"
"Apa yang kau lakukan pada Chimmy?"
"Aku? Yak! Siapa kau beraninya-"
Yoongi menulikan pendengarannya. Ia tiba-tiba melepas Beanie-nya lalu memasangkannya untuk menutupi kepala Jimin.
Jungkook terkejut bukan main. Bisa-bisanya ia lupa dengan telinga Jimin yang nampak tidak normal. Selain itu, ia sangat terkejut karena Yoongi seakan memahami masalah ini. "Sejak kapan kau tahu?"
"Apa dokter mengatakan sesuatu pada Chimmy?"
"Kita harus bicara!" Ujar Jungkook final.
#####
To Be Continue...
Ps:
Jangan lupa komen + vote ya..
Kasih masukan juga buat chapter selanjutnya. Mungkin mau nambahin momen apa gitu? Atau ide yang lain..
Gomawong 😚😚😚
KAMU SEDANG MEMBACA
Hormones [TAMAT]
FantasyJeon Jungkook, seorang pengangguran, bertemu dengan seekor kucing dengan luka di telinganya saat ia meniup lilin ulang tahunnya. "Apa kau malaikat?" "Dimana calico ku?" "Apa kau kehujanan?" "Jangan bicara dengan orang asing!" "Boleh aku memanggilmu...