"Wah sudah lama ya. Jungkook, apa kamu tidak ingin jalan-jalan dulu?"
Jungkook, yang saat ini telah menyandang marga Jeon, masih duduk diatas sofa sambil fokus memainkan game yang ada di ponselnya.
"Jungkook, lepas dulu seragam mu. Biar eomma cuci." Kali ini seorang pria yang lebih pendek keluar dari kamarnya dengan membawa satu keranjang pakaian kotor.
"Sebentar eomma, sebentar lagi." Ujarnya tak lepas dari layar ponselnya.
Sementara itu pria yang lebih tinggi dan lebih putih itu datang menghampiri, dengan tiba-tiba ia merampas ponsel anaknya itu.
"Appa!" Pekik Jungkook kesal.
"Dari tadi di mobil kamu sudah bersama ponselmu, kali ini istirahat dulu."
"Tapi aku hampir menang." Ujar Jungkook dengan kening yang berkerut.
Pria lebih tinggi itu menyimpan ponsel Jungkook diatas lemari yang sulit dijangkau oleh anaknya. "Ayo keluar, kita jalan-jalan sebentar."
Jungkook mendengus sebal.
"Jangan lupa ganti bajumu, kook." Teriak pria yang lebih pendek dari belakang rumah.
######
Jungkook dan keluarganya baru saja pindah kembali ke tempat dimana Jungkook dibesarkan. Tak jauh dari gereja lama Jungkook tempat dimana dirinya tumbuh selama lebih kurang empat tahun, sampai sepasang suami isteri sesama jenis datang untuk mengadopsi Jungkook. Pasangan Jeon Taekwoon dan Cha (Jeon) Hakyeon.
"Appa.."
"Hmm?"
"Aku ingin pergi kesana sebentar."
"Jangan lama-lama, okay."
Jungkook mengangguk, tanpa melepas pandangannya dari semak-semak ilalang yang tingginya hampir menyamai dirinya. Semak-semak yang menyembunyikan bangunan besar diatas bukit sekitar empat ratus meter dari jalan raya.
Tak butuh waktu lama untuknya agar sampai ke bangunan usang yang sudah ditinggalkan, jalan setapaknya tak berubah, bahkan masih terawat.
"Sejak kapan gereja ini ditutup?" Monolog Jungkook sambil mencoba membuka pintu utama. "Terkunci."
Jungkook menghembuskan napasnya, ia agak kecewa karena tak dapat masuk untuk sekedar melihat-lihat. "Kemana perginya suster Han?"
/Srak!/
Jungkook berjengit kaget, ia menoleh kebelakang saat mendengar suara semak-semak yang bergesekan dengan sangat keras. Ia menyipitkan matanya, berusaha untuk melihat lebih jelas apa yang menyebabkan suara bising itu ditengah-tengah bukit yang sepi.
Jungkook mulai merinding, ia menatap waspada kearah semak-semak yang mulai bergerak. Seperti ada sesuatu yang hidup disana.
Monster?
Dengan cepat Jungkook menggelengkan kepalanya, berusaha membuang pemikiran kekanakannya. "Siapa kau?" Tanya nya dengan berteriak, mencoba terlihat berani.
/Srek!/
"Meow..."
Jungkook diam sesaat, lalu terkekeh atas rasa takutnya dan pikiran konyolnya. Hanya kucing, kenapa tidak terpikirkan?
Dengan berani Jungkook berjalan mendekat, sambil memasukan kedua tangannya diantara saku celana. Ia mencoba menyingkirkan beberapa ilalang yang menghalangi pandnagannya, berusaha mencari kucing kecil yang mungkin saat ini sedang kedinginan.
"Kucing, kema- KYAAA....!!"
#######
"Kemana anak itu pergi?" Gerutu Taekwoon sambil berjalan mendaki bukit kecil menuju gereja. Ia sangat yakin kalau anaknya saat ini sedang mengunjungi rumah lamanya itu.
"Jungkook!"
"Meow?"
"Sssttt..... Jangan berisik, nanti appa menemukan kita." Bisiknya pada seorang pria yang sedang bersembunyi didalam gereja bersama Jungkook. Saat ini keduanya berhasil masuk kedalam gereja melalui jendela belakang yang terbuka.
"Meow..." Pria dengan dua telinga berbulu diatas kepala itu tiba-tiba mengusak kepalanya pada dada Jungkook.
"Yak! Yak! Apa yang kau lakukan?"
"Meow?"
Jungkook menatap lekat kedua manik mata yang berbinar itu. Kedua mata sayup dan bibir tebalnya yang merah. Namun satu hal yang membuat Jungkook tak dapat melawan logikanya adalah dua benda diatas kepalanya.
"Siapa namamu?" Tanya Jungkook hati-hati.
"Meow?" Pria itu memiringkan kepalanya dengan sebelah telinga yang mengatup.
"Apa kamu kucing?"
"Meow."
"Mau jadi piaraanku?"
#######
To be continue...
KAMU SEDANG MEMBACA
Hormones [TAMAT]
FantasyJeon Jungkook, seorang pengangguran, bertemu dengan seekor kucing dengan luka di telinganya saat ia meniup lilin ulang tahunnya. "Apa kau malaikat?" "Dimana calico ku?" "Apa kau kehujanan?" "Jangan bicara dengan orang asing!" "Boleh aku memanggilmu...