"Mau pergi ke perpustakaan dan makan waffle?"
"Iya, Jimin mau!"
#####
"Selesai!"
Jimin melompat dari wastafel sesaat setelah Jungkook berseru sambil membereskan beberapa obat pertolongan pertama.
Saat ini Jungkook masih sibuk membereskan beberapa kapas dan obat merah lalu memasukkannya kembali ke dalam kotak. Sementara itu dengan gerakan pelan Jimin berhasil meraih salah satu tangan Jungkook untuk digenggamnya.
"Wae?" Tanya Jungkook saat menyadari ada maksud dibalik genggaman tangan Jimin. Tak seperti biasanya, kali ini Jimin sedikit memainkan tangan Jungkook dengan cara mengayunkannya secara perlahan.
"Ayo ke perpustakaan.."
Jungkook mendengus, ia mengira Jimin akan melupakan itu mengingat sedari tadi keduanya hanya mengobrol ringan sementara telinga Jimin diobati. Tak menyinggung masalah perpustakaan maupun pria yang akhir-akhir ini dekat dengan Jimin.
"Tuan...", rengek Jimin saat dirasa dirinya tak mendapat respon apapun dari tuannya.
Jungkook berbalik, memandang wajah pria yang lebih kecil darinya itu. Manis, ah tidak! Tidak manis, hanya saja.. bentuk rupanya berbeda dari pria manapun. Mata kecil tanpa lipatan mata yang nampak natural, hidungnya yang mungil, bibir plum-nya yang tebal dan merah alami, pipi berisinya yang sering kali merona. Lalu senyumannya yang lugu nampak semakin manis dan can-
"Ah tidak!" Pekik Jungkook sembari memukul kepalanya sendiri.
Jimin sedikit terjengat, ia berpikir Jungkook telah menolak dan kembali mengingkari janjinya. Namun cara penolakan Jungkook yang terdengar ketus dan dinginlah yang membuat Jimin menunduk sembari mengerucutkan bibirnya.
"Tuh kan.. padahal sudah janji.. dasar, ck!" gumam Jimin tak jelas karena bibirnya yang masih mengerucut. Tapi jelas sekali Jungkook dapat mendengarnya.
"Bukan begitu, sepertinya sebentar lagi akan turun hujan deras. Langit diluar nampak gelap, bagaimana nanti kalau kehujanan? Masih mau pergi ke perpustakaan?" ujar Jungkook berusaha menjelaskan.
Jimin menggeleng kuat dengan bibir yang masih mengerucut dan pipi menggembung yang nampak lucu. "Jimin tidak ingin basah."
Jungkook tersenyum kecil, entah mengapa. Yang jelas saat ini Jungkook kembali mengusap rambut ikal nan lembut milik Jimin dengan perlahan.
Jimin yang dibuat nyaman mulai merasa kantuk, ia menguap sekali dan berhasil membuat Jungkook kembali tersenyum gemas.
"Ngantuk?"
Jimin mengangguk dengan mata tertutup.
"Istirahatlah nanti malam akan aku bangunkan untuk makan."
"Bersama."
"Nde?"
Jimin berusaha membuka matanya, menatap kedalam tatapan mata Jungkook yang nampak bingung. "Jimin ingin tidur dengan dipeluk Tuan Kelinci." Ujar Jimin dengan lugu.
"Mwo?" Jungkook memekik tertahan, lalu ia kembali mengingat kejadian tadi pagi dimana ia menemukan seseorang yang tidur diatas dadanya. "Tapi aku akan memasak untuk nanti,"
Jimin menggeleng. "Tapi Jimin kedinginan.."
"Pakai selimut,"
"Tidak mau, masih dingin. Jimin ingin dipeluk dengan Tuan Kelinci."
Jungkook menghembuskan napasnya pasrah, lalu ia memandang ke arah Jam dinding di luar toilet. Masih terlalu sore untuknya tidur, ini sama sekali bukan jam tidurnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hormones [TAMAT]
FantasyJeon Jungkook, seorang pengangguran, bertemu dengan seekor kucing dengan luka di telinganya saat ia meniup lilin ulang tahunnya. "Apa kau malaikat?" "Dimana calico ku?" "Apa kau kehujanan?" "Jangan bicara dengan orang asing!" "Boleh aku memanggilmu...