Matahari masih belum tinggi, namun kicauan burung sudah cukup menjadi pertanda kalau hari telah pagi. Jeon Jungkook dengan tampilan kotor bekas tanah hutan yang basah dan luka yang belum mengering, berjalan sekuat tenaga sambil menggendong Jimin di punggung.
Jungkook terus menangis, katakan ia ini cengeng. Sejak ia membuka matanya tadi dan mendapati tubuh dingin Jimin serta matanya yang terus tertutup walaupun sudah berulang kali ia coba membangunkan, Jungkook sudah menangis.
Pria cengeng itu panik bukan main. Perasaan gelisah dan ketakutan terus mengganggu pikirannya. Kesalahannya yang terlalu lelah hingga memutuskan untuk rehat semalam, ia tak memikirkan kondisi Jimin yang butuh pertolongan dengan cepat.
Bodoh memang!
Jungkook terus berjalan menanjak menuju tengah hutan, ia baru ungat ada biara jika dirinya terus berjalan masuk, begitu kata Yoongi.
"Jimin bertahanlah.. hiks.." ujar Jungkook berulang kali dengan air mata mengalir.
Tubuhnya lelah, kakinya bergetar, namun ia tetap memaksakan untuk pergi ke biara yang entah ada di mana. Berulang kali ia berteriak dengan suara paraunya barangkali ada yang mendengar.
"Tolong... Hiks.. Tolong! Siapapun.. hiks... Tolong kami.. hiks.. selamatkan kami.."
Suara Jungkook makin melemah, terik matahari makin kuat hingga membuatnya merasa pening. Jungkook menengadah, memandang matahari dengan bingkai ranting dan daun dari pepohonan. Sesekali ia melihat beberapa ekor burung terbang di atasnya, kabur. Bayangannya kabur. Ia tak dapat melihat matahari yang bersinar dengan jelas.
"J-jimin.. maaf.." lirih Jungkook sebelum dirinya tumbang dengan deru napas pendek. Diantara dedaunan kering yang menutupi tanah basah, ia mencoba menahan matanya untuk tetap terbuka. Memandang kosong ke depan sambil berharap ada yang datang.
Mulutnya tak dapat lagi berbicara, ia sudah pasrah. Ia bahkan tak dapat melihat kondisi Jimin yang masih berada di punggungnya. Ia tak lagi mendengar suara dengkuran halus dari Jimin.
Ia tidak mendengarnya.
Air mata kembali mengalir saat Jungkook menyadari hal itu. Bibirnya bergetar, tak sanggup berkata-kata. Pandangannya masih kosong ke depan.
Selesai sudah, begitu pikirnya.
Semua kenangan selama setahun terakhir bersama seorang malaikat yang tiba-tiba bertamu di rumahnya. Tamu paling indah dan ia hormati sepanjang masa. Seseorang yang mengisi kehidupan Jungkook dengan caranya sendiri. Satu-satunya orang yang Jungkook percaya untuk dibagi rahasia, tangis, dan tawa.
Park Jimin, seorang malaikat terindah yang berhasil merebut hati Jungkook.
Satu-satunya orang yang berani bertamu di hati Jungkook yang kosong.
Sudah setahun sejak Jungkook meniup lilin ulang tahunnya.
Park Jimin.
"Aku mencintaimu.."
######
"Jungkook, bangun! Kita tak ada waktu! Jeon Jungkook! Yak! JEON JUNGKOOK! Bukan saatnya untuk tidur..!"
/Byur..!/
Jungkook kelagapan. Ia mengusap wajahnya yang basah lalu berusaha untuk membuka matanya. Pening sekali.
Jungkook mencoba untuk memerhatikan sekeliling, ia tertidur di sebuah tempat, entah di mana. Lalu tanpa sengaja pandangannya bertemu dengan seseorang berpenampilan lusuh dengan wajah bengkak penuh luka.
"H-hyung?
#######
Hayoo hyung siapa???
Percayalah, sebenernya chapter ini tadi mau jadi chapter terakhir. Tapi kepanjangan, jadilah kupotong biar kalian penasaran :)
To Be Continue...
KAMU SEDANG MEMBACA
Hormones [TAMAT]
FantasyJeon Jungkook, seorang pengangguran, bertemu dengan seekor kucing dengan luka di telinganya saat ia meniup lilin ulang tahunnya. "Apa kau malaikat?" "Dimana calico ku?" "Apa kau kehujanan?" "Jangan bicara dengan orang asing!" "Boleh aku memanggilmu...