Kim Taehyung berlutut tepat dihadapan seorang wanita tua yang selama ini menjadi bom waktu baginya. Ia mencengkram ujung kemejanya sembari menahan getaran pada tubuhnya saat ia terlampau emosi.
Karena tak dapat meluapkan apa yang ingin ia luapkan, satu-satunya yang ia lakukan sebagai pengalihan emosi hanyalah menangis, meronta, dan memohon kepada wanita yang saat ini tengah duduk di sofa sembari meneguk secangkir teh keemun.
"Saya tidak akan melakukannya lagi, saya berjanji. Maafkan saya.." ujar Taehyung yang selalu mengulang kalimatnya yang sama.
Nona Han meletakan secangkir teh keemun di atas nampan yang dibawa oleh salah satu maid kerajaan. "Omong kosong! Kau selalu mengatakan hal yang sama, tapi tetap saja mengulang, tuan muda Han!"
"Saya mohon.. jangan bawa saya ke tempat itu, saya tidak suka. Ada wanita tua disana, saya mohon!"
Tubuh Taehyung mulai bereaksi, ia menutupi telinganya dengan telapak tangan yang dingin dan basah saat ia mendengar suara denging yang begitu tajam menusuk gendang telinganya. Tak lupa dengan bayangan-bayangan kelam dari masa lalu yang selalu hadir di setiap mimpinya, kini hadir walau ia tak memejamkan matanya.
"Ini dosa mu karena berani melanggar peraturan yang kau buat! Diam-diam bertemu dengan Kim Seokjin, huh? Sudah aku katakan, cukup berkomunikasi, tidak dengan bertemu!" ujar Nona Han dengan nada yang semakin ditinggikan.
Taehyung mendadak linglung, ia mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan yang saat ini terlihat gelap dan berputar. Ia memukul-mukul kepalanya sendiri saat dirasa suara itu kembali datang mengusik telinganya, menggantikan suara denging yang menyakitkan.
"Dia masih hidup.. Tapi dia akan mati.. Aku menghitungnya, aku menghitung setiap daun gingko yang berjatuhan setiap musimnya. Kakak ku akan mati..!! Dia akan mati!"
"Tidak! Tidak ada yang mati.. Tidak!!!" jerit Taehyung sambil terus menutupi kedua telinganya. Napasnya berderu bersamaan dengan kedua matanya yang memerah melotot was-was.
Siapapun yang melihat pasti berpikiran bahwa Taehyung adalah orang gila idiot karena saat ini dirinya tengah memukul-mukul kepalanya sendiri dengan sangat keras, sembari menjerit nyaring dan mengungkapkan kata-kata yang aneh.
"Pelayan! Bawa tuan muda Han ke gudang dekat perapian lama! Sekarang!"
Perintah tepatlah perintah, sekuat apapun Taehyung mencoba melawan, tubuhnya yang bergetar dan semakin melemah tak sanggup menghadapi dua pria yang lebih besar darinya.
Tubuhnya diseret dengan kedua lengan yang dicengkeram kuat, memaksanya berjalan menuju lantai teratas. Melewati lorong yang dingin dan gelap walaupun musim dingin belum menyapa. Satu hal lain yang membuat Taehyung ingin mati saat itu juga.
'Ceklek'
"Aku mohon selamatkan aku, Hanseong-ssi! Aku sangat takut.." mohon Taehyung pada salah satu pelayan yang sudah ia anggap sebagai teman dan saudara sendiri.
Hanseong hanya menghembuskan napasnya pasrah, ia sedikit mengerutkan dahinya kala Taehyung mencengkram seragamnya dengan begitu erat.
"Maafkan aku. Aku membawakan mu obat, minumlah. Setelah hukumanmu selesai aku temani kau menemui psikiater lagi, tak akan ada yang tau itu." ujar Hanseong dengan nada suara yang terdengar tak tega.
Taehyung menggeleng dengan kuat. "Tidak, aku tidak apa-apa. Bawa aku keluar dari sini. Wanita itu bicara padaku, wanita itu! Wanita di dalam lemari itu, aku mohon.."
Hanseong dengan perlahan melepaskan cengkeraman tangan Taehyung pada seragamnya. "Aku tak akan jauh dari pintu, jangan takut. Kau bukan lagi anak sekolahan. Sebentar lagi kau akan menjadi raja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hormones [TAMAT]
FantasyJeon Jungkook, seorang pengangguran, bertemu dengan seekor kucing dengan luka di telinganya saat ia meniup lilin ulang tahunnya. "Apa kau malaikat?" "Dimana calico ku?" "Apa kau kehujanan?" "Jangan bicara dengan orang asing!" "Boleh aku memanggilmu...