Jangan lupa
Vote + KomenSemua berjalan begitu cepat dalam waktu semalam. Para pria bertubuh tegap menggendong tubuh lemah bagaikan membawa sekarung beras dalam pundaknya. Dibawanya pria lemah itu kedalam ruangan yang sama dimana dua tahanan yang lain, Jungkook dan Yoongi, berada.
Park Jimin. Tubuh lemahnya tergeletak begitu saja ketika pria bertubuh besar itu dengan kasar melemparnya ke lantai. Jungkook terkejut bukan main, tak menyangka akan dipertemukan kembali dengan keadaan yang kacau dan rumit seperti ini.
"Aku hampir tidak mengenalinya." Ujar Yoongi sambil menatap prihatin ke arah Jimin yang saat ini berada di degapan Jungkook. "Maksudku- wajahnya.."
Jungkook menarik napasnya panjang. Ia duduk berlapis ubin sambil bersandar pada dinding, sementara Jimin ia pangku sambil membiarkan kapalnya bersandar pada dadanya. Jungkook tak ingin Jimin kedinginan, tak ada alas kain ataupun selimut. Maka biarkan tubuh Jungkook sebagai alas dan bantalan bagi Jimin, apapun itu asal Jimin tetap merasa hangat.
"Dia tetap indah." Gumam Jungkook sambil mengusap wajah Jimin dengan lembut.
Sebenarnya Jungkook sendiri agak prihatin dengan keadaan Jimin. Tubuh yang lemah itu memiliki banyak bekas luka yang mengeluarkan bau busuk menjalar disekitar wajahnya. Telinga sebelah kirinya pun sudah tak berbentuk lagi, sudah membusuk.
"Jimin, aku tak sabar melihatmu membuka mata."
Yoongi yang memperhatikan dari sudut ruangan hanya bisa menggeleng prihatin. Ia menarik napasnya panjang, sebelum akhirnya mencoba untuk berdiri tegap walaupun luka di kakinya masih terasa nyeri akibat tendangan pria bertubuh besar. "Dia tidak akan membuka mata." Katanya sambil berjalan tertatih.
Jungkook mendongak, saat Yoongi sudah berada tepat di depannya, bisa ia lihat darah meremes pada celana Yoongi yang sudah robek.
"Kita harus menyelamatkannya. Dia sekarat. Mau menunggu sampai kapan? Kita tidak tahu dia bisa bertahan sampai kapan, kita harus keluar." Ujar Yoongi dengan napas tersengal.
"Kakimu.."
"Persetan dengan kaki. Jangan tidur malam ini, kau harus tetap terjaga. Setiap malam akan ada penjaga yang datang untuk memastikan kita masih hidup atau tidak. Jika dia datang, pura-pura tidur."
"Mereka datang?" Tanya Jungkook tak percaya.
"Tidak banyak, hanya satu."
"Lalu, mau melawan? Kaki mu, tolong pikirkan itu."
"Aku lebih suka memikirkan apartemenku yang telah kutinggal hampir sebulan." Kata Yoongi dengan nada sedikit mengejek. "Aku akan tidur di ujung sana, jika nanti penjaga itu menghampiriku, pukul tengkuknya dengan kuat, lalu tendang kepalanya."
"Hey bung, kenapa bukan kau saja yang melakukannya saat penjaga itu memeriksaku." Ujar Jungkook.
Yoongi berdecih. "Apa kau takut?"
Jungkook hanya memuat bola matanya dengan malas.
"Kaki ku terluka, aku tidak bisa menggunakan kaki ku dengan baik. Jarak ujung sana sekitar sepuluh meter, butuh waktu yang lama untuk ku berjalan menghampirimu. Lagipula, aku tak bisa berjalan dengan normal. Akan ada suara terseok jika aku berjalan nanti."
Jungkook terdiam, sedikit menimang rencana yang entah berhasil atau tidak itu. Pun jika berhasil, masih ada banyak penjaga di luar sana yang mungkin akan membunuh mereka begitu tertangkap.
"Bagaimana dengan penjaga lain?"
"Kita berada di ruangan paling bawah. Tak jauh dari sini, sekitar tiga kamar, ada lubang kecil yang dulu dijadikan sebagai tempat pembuangan sampah. Sekarang mereka tak lagi menggunakan sistem penimbunan sampah, sudah ada truck sampah yang datang setiap sore...."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hormones [TAMAT]
FantasyJeon Jungkook, seorang pengangguran, bertemu dengan seekor kucing dengan luka di telinganya saat ia meniup lilin ulang tahunnya. "Apa kau malaikat?" "Dimana calico ku?" "Apa kau kehujanan?" "Jangan bicara dengan orang asing!" "Boleh aku memanggilmu...