"K-kenapa kau masih disana?"
"Salahkan pria tua bermahkota itu."
"S-siapa?"
"Si serakah yang menjadikanku tahanan, membuat ayahku mati di tangan prajuritnya, membuat kakak ku jadi tersangka."
"S-siapa.. Namanya?"
"Song Jaesok, Kim Mirae, Song Jaerim, Song Sungdok, Song Sungyong, Song-"
"Orang yang menculikmu, menjadikanmu tahanan, membunuh ayahmu, dan menjadikan kakak mu buronan. Siapa?"
Taehyung menelan salivanya dengan susah payah, itu adalah kalimat terpanjang yang pernah ia lontarkan untuk seseorang yang berada di dalam lemari. Selama hidupnya baru kali ini ia mengobrol dengan suara misterius yang datang dari dalam lemari tua yang tertutup rapat.
Suara itu belum menyahut saat Taehyung memberikan pertanyaan terakhir. Mungkinkan ia tidak paham dengan pertanyaan Taehyung yang panjang? Atau dia terkejut karena Taehyung dengan berani bertanya panjang lebar? Entahlah.
"Siapa orang yang-"
"Han." Jawab suara misterius itu dengan singkat.
Taehyung yang kali ini dibuat terdiam mematung di tempat.
"Han. Jyu. Won."
Napas Taehyung semakin memburu dibuatnya, kedua matanya membola sempurna dengan otot pada lehernya yang nampak di mata. Keringat dingin semakin menetes di daerah kening hingga pelipisnya. Pelatuk yang dibawanya pun mulai habis, cahaya disekitarnya semakin meredup. Hawa dingin di akhir desember pun membuat suasana semakin mencengkam.
"Han Jyu Won! RAJA HAN JYU WON!! KYAAAAA..... HIHIHIHIHI.... HAHA...."
Taehyung terkejut, suara misterius itu tiba-tiba berteriak dengan suara melengking diakhiri dengan suara tawa yang mengerikan. Suara tawa wanita yang cempreng dan sangat keras.
Jika saja Ibu Han tidak memergokinya mengunjungi kediaman Jungkook malam itu, ia mungkin tak akan mengalami kejadian ini. Namun Taehyung juga bersyukur karena dia sungguh penasaran dengan suara misterius yang selalu terdengar sejak pertama kali ia dihukum di ruangan ini. Lemari lama yang nampak rapuh, penuh coretan dan sarang laba-laba.
Suara tawa wanita itu masih memekikan telinga. Taehyung bahkan harus menutup kedua telinganya rapat-rapat.
"Dia masih hidup. Dia belum mati, sungguh."
######
🐈🐈🐈🐈🐈
######Jimin perlahan membuka kedua matanya saat ia merasakan udara hangat menerpa wajahnya. Udara yang lebih seperti angin lembut ini membuat wajahnya geli, menggelitiknya hingga berulang kali Jimin harus menutupi wajahnya dengan tangan mungilnya yang mengepal.
"Eungh..."
"Sudah pagi." Terdengar suara berat dan agak serak khas orang bangun tidur. Jimin sangat mengenali suara ini, suara yang memang selalu ia dengar tiap pagi. Suara yang membuatnya semakin mengantuk, ditambah pelukan hangat dan erat pada tubuh mungilnya.
Jimin membuka matanya, sedikit menyipit karena cahaya yang menyilaukan. Oh itu tuannya yang sedang berbaring menghadap Jimin dengan tangan sebagai bantalan.
"T-tuan.." Jimin hendak menarik tubuhnya, melepas pelukan tuannya karena ini terasa aneh. Namun Jungkook tak ingin melepaskan Jimin, membuat Jimin kembali merasakan dilema akan perasaan Tuan Kelinci-nya terhadap dirinya.
"Ingin sarapan apa?" Tanya Jungkook sambil menekan hidungnya pada puncak kepala Jimin.
Jimin tidak menjawab, ia masih merengut di dalam dekapan Jungkook.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hormones [TAMAT]
FantasyJeon Jungkook, seorang pengangguran, bertemu dengan seekor kucing dengan luka di telinganya saat ia meniup lilin ulang tahunnya. "Apa kau malaikat?" "Dimana calico ku?" "Apa kau kehujanan?" "Jangan bicara dengan orang asing!" "Boleh aku memanggilmu...