Wanita yang tersakiti

4.7K 518 18
                                    

Maap..
No edit
Jadi masih ada typo kayaknya T.T
Maap....
Jangan lupa vote & komen
😘😘😘😘

######

######

######

######

Terik sudah menembus kurtain putih sedari tadi, seakan menyapa si mungil dan si bodoh yang masih berada diatas ranjang.

Saling berpelukan.

Si bodoh membiarkan lengannya untuk dijadikan bantalan oleh si mungil, sementara dirinya hanya memandangi wajah terlelap sambil menunggunya dengan sabar. Saling merasakan napas hangat milik satu sama lain, mendengar detak jantung yang teratur dan dengkuran halus dari si mungil.

Jungkook tersenyum dibuatnya. Memandangi wajah terlelap milik si mungil entah sejak kapan menjadi candu baginya. Ketimbang memandang mentari yang mengintip, ditambah burung kecil yang terbang, sepertinya memandangi wajah damai milik Jimin lebih membuatnya lupa waktu.

"Kapan kau akan bangun?" gumamnya sembari mendekatkan hidungnya dengan hidung yang lebih kecil.

Jimin sedikit terusik, namun ia masih tak rela untuk memutus mimpinya. Dirinya hanya menggerang sebagai bentuk protes, lalu semakin mengusak kepalanya ke dada Jungkook.

Jungkook meletakan dagunya ke puncak kepala Jimin, kembali menyesap dalam aroma yang akhir-akhir ini menjadi kesukaannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jungkook meletakan dagunya ke puncak kepala Jimin, kembali menyesap dalam aroma yang akhir-akhir ini menjadi kesukaannya. Entah sejak kapan, aroma manis seperti kembang gula selalu membuat Jungkook merasa tenang.

"Tidak ingin pulang, huh?"

Tak ada jawaban dari Jimin.

"Siapa semalam yang merengek minta pulang? Dasar.."

'Knock! Knock!'

Jungkook terkesiap. Ia benar-benar lupa waktu, saat ini waktunya perawat untuk memeriksa keadaan Jimin. Hanya sekedar memeriksa suhu tubuh dan memberikan saran ini itu sebelum dirinya diperbolehkan pulang. Namun, saat ini Jimin masih memeluknya terlampau erat.

Juga tak ada waktu bagi Jungkook untuk turun dari ranjang, karena suara deham yang ragu baru saja terdengar begitu dekat. Sudah terlambat.

"M.. maaf tuan, saya ingin melepas jarum infusnya." Ujar perawat wanita itu dengan ragu pula.

Jungkook memerah, ia begitu malu saat ini. Ia berusaha untuk menyingkir, sedikit menggeser kepala Jimin agar tangannya bisa terlepas. Namun Jimin masihlah keras kepala dalam tidurnya, ia malah semakin mendekap dengan begitu erat.

Perawat itu memandang Jungkook dengan tatapan aneh. Ya aneh. Semacam menghakimi, menghina, mencaci, dan semua itu seakan ia pendam dalam hati. Dia masihlah wanita, dan pasti ia ingin dengan segera menyelesaikan tugasnya lalu keluar dari ruangan ini hanya untuk menceritakan semuanya ke teman wanitanya yang lain.

Hormones [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang