Dia akan mati

2.8K 431 30
                                    

Hewlloo....
Jangan lupa Vote + Komen









Min Yoongi berulang kali menghembuskan napas panjang sambil sesekali melihat jam di tangan kirinya. Menunggu seorang wanita pergi merawat rambut di salon adalah hal paling menjengkelkan bagi Yoongi.

"Apa Oppa lelah?" Tanya Yoonjin sambil menatap Yoongi melalui pantulan cermin besar.

Yoongi menggeleng sambil tersenyum.

Lalu saat Yoonjin mengalihkan perhatiannya pada majalah fashion yang berada di pangkuannya, Yoongi kembali bernapas panjang.

"Kabar terkini. Diliput langsung dari kerajaan kepemimpinan Raja Han. Proses penobatan Raja kepada Pangeran Han Taehyung yang direncanakan akan dilakukan pada bulan depan, tepatnya pada 28 April 20xx, terancam akan dibatalkan. Menurut informasi yang didapat, Pangeran Han Taehyung secara tiba-tiba telah mengatakan bahwa ia tidak ingin mendapatkan gelar raja yang diwarisi oleh ayahnya. Melalui postingan pada akun.........."

Yoongi dibuat terkejut dengan siaran berita pada televisi. Ia membulatkan kedua matanya dan perlahan berdiri untuk lebih fokus kepada penyiar.

"Oh! Kenapa tiba-tiba? Kenapa dia membuat keputusan yang akan menghancurkan kerajaan? Kalau begini siapa yang akan menggantikan Raja?" Komentar salah seorang pegawai salon.

Yoongi mengernyit bingung. Hal yang ada dipikirannya saat ini adalah Park Jimin yang sudah lama menghilang karena semua rencana yang telah diatur oleh Taehyung dan Jungkook saat itu. Tapi, Yoongi masih dibuat bingung kenapa tiba-tiba Taehyung membuat keputusan yang tidak sepele itu. Ini bukan masalah Jimin lagi, ini sudah menyangkut tahta.

"Yoonjin-ah, kita harus pergi."

"Mwo? Tapi kita akan pergi nonton, bagaimana dengan tiketnya?"

"Besok saja." Ujar Yoongi mulai mengenakan jaket tebalnya. "Kalau sudah selesai segera turun. Aku akan mengambil mobil dulu."

Yoongi segera pergi setelah ia mencubit sekilas pipi Yoonjin yang mulai menunjukan ekspresi sebalnya itu. "Dia selalu tidak punya waktu."







#######








Saat ini Yoongi sudah berada didepan rumah Jungkook. Satu-satunya tempat yang ia ingat saat pertama kali mengantar Jimin yang tersesat dan kehujanan malam itu. Rumah si pengangguran yang akan marah jika Yoongi bertamu.

Dan saat ini Yoongi tak segan-segan untuk mengetuk pintu secara brutal.

"Yak! Jeon Jungkook! Kau di dalam? Aku ingin bicara, ini mengenai Jimin. Jungkook-ah!"

Yoonjin yang hanya berdiri di belakang nampak bingung dengan Yoongi. Namun ia sama sekali tak ingin bicara atau menanyakan apa yang sedang terjadi, karena Yoongi nampak sedang emosi.

Tak ada sahutan, rumah itu juga nampak gelap dan kosong. Seluruh listrik nampak mati, dan latarnya nampak kotor karena salju yang mencair belum juga dibersihkan.

Tidak ada orang di rumah.

"Tidak ada orang di rumah." Ujar Yoonjin.

"Ya, aku tahu." Sahut Yoongi dingin yang seketika membuat Yoonjin terjengat akan sikapnya yang kembali dingin. "Sialan!" Umpat Yoongi sambil menendang pintu.

/Ceklek!/

"Siapa anda?" Ujar seseorang yang berdiri di dalam rumah yang gelap. Pria berpostur tinggi dan tegap itu menatap Yoongi dengan tatapan datar.

Yoongi mengernyit, ia tak mengenali siapa pria itu. Apa dia salah rumah?

"Oh! Ku kira ini rumah temanku." Kata Yoongi. "Sepertinya salah, maaf. Sepertinya anda harus membersihkan latarnya, kotor sekali."

Pria itu hanya tersenyum licik mendengar tuturan Yoongi yang terkesan menghina dengan nada suaranya yang dingin itu. Dapat disimpulkan kalau seorang Min Yoongi tak memiliki sikap sopan kepada orang asing atau orang yang lebih tua darinya. Min Yoongi seperti seorang brandal, atau memang begitu?

"Aku pergi." Pamit Min Yoongi seadanya sambil menatap tajam pria asing itu. Sepersekian detik setelah ia membalikan badannya, tiba-tiba seseorang memukul belakang tubuhnya dengan sesuatu yang sangat keras. Apa kayu? Bukan. Ini hanya tangan besar dan berotot milik pria asing itu.

"Oppa!" Pekik Yoonjin yang melihat Yoongi tergeletak sesaat setelah mendapat pukulan itu.

"Sebaiknya kau pergi Nona, aku tak memiliki urusan apapun denganmu." Kata pria asing itu sambil membereskan Yoongi.

Yoonjin yang bergetar berusaha untuk menelpon polisi dengan ponselnya.

"Jangan menelpon polisi, nona. Aku sudah memperingatkan."

/Beep!/

"Hallo? Dengan kepolisian distrik 4 Seoul, ada yang bisa-"

/Bzzzzt...!/

"Kyaaa!"

Yoonjin tumbang, namun ia masih sadarkan diri untuk melihat apa yang sedang terjadi. Ponselnya masih terhubung dengan kepolisian, bisa di dengar dengan suara orang diseberang yang terus berbicara dengan formal. Tak jauh dari ponselnya yang terjatuh, berdiri seorang pria lainnya yang membawa sebuat tongkat listrik. Sepertinya tongkat itu yang membuat Yoonjin mengalami mati rasa untuk sementara, lalu pandangannya kabur saat tongkat itu kembali disentuhkan pada tubuhnya.










#######











"Jimin, masih tidur?" Tanya Seokjin dengan suaranya yang lembut sambil menaruh tampan dimeja nakas dekat kasur.

Tak mendapat respon, Seokjin berjalan mendekat untuk melihat kondisi Jimin. Sedikit menyingkap selimut yang membalut tubuh Jimin lalu menarik pundak untuk memastikan apakah dia masih tertidur.

"Ya tuhan! Jimin!" Pekik Seokjin histeris saat melihat kondisi Jimin yang semakin memburuk.

Sangat buruk.

Telinga sebelah kiri Jimin semakin membusuk, dan merambat sampai pipi bagian kiri Jimin dan pelipisnya. Banyak ruam ungu di wajah Jimin, bibirnya pun memucat, Jimin yang terlelap menunjukan rasa sakitnya melalui napasnya.













"Jimin astaga, bagaimana ini?"








#######










"Dia akan mati."

"Tidak akan." Ujar Jungkook sambil berusaha menahan isak tangisnya.

"Buat apa menangis sekarang jika nanti kau akan menangis sampai lelah?"

"Aku tidak menangis, laki-laki tidak menangis."

"Tubuhnya mulai rapuh, perlahan jantungnya membusuk, dia akan kembali mati. Sudah saatnya dia mati."

"TIDAK! TIDAK AKAN! DIA AKAN HIDUP BERSAMAKU UNTUK SELAMANYA!" Teriak Jungkook yang sudah tak tahan dengan seseorang yang bicara omong kosong melalui lemari tua. Seorang wanita tua dengan suara bergetar itu sama sekali tak menampakkan jati dirinya, hanya suara yang terdengar melalui sebuah lemari tua yang berdebu.

Jungkook sengsara, diborgol tangan dan kakinya selama seminggu lebih diruangan lembab dan gelap ini. Bersama sebuah lemari yang terus bicara omong kosong mengenai kematian. Wanita dalam lemari itu tak menyebutkan siapa orang yang ia maksud, namun Jungkook sudah tahu siapa orang yang dimaksud itu.

Ya dia tahu.

Seseorang yang sangat ia rindukan.

Seseorang yang membuatnya merasa khawatir setiap saat.

Seseorang yang selalu hadir di mimpinya.

Seseorang yang selalu membuat Jungkook berhalusinasi.

Dia..



















"Dia akan mati."








#######







Hayoo mati ga? 😁

To Be Continue...

Hormones [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang