Jangan lupa vote + komen ya...
🐈🐈🐈🐈🐈"Sudah lama sekali, apa kau kedinginan?"
Kepala Jimin yang tenggelam di antara jaket tebalnya mengangguk kecil. "Kenapa dunia berubah menjadi putih?" Tanya Jimin sambil memandang keluar jendela. Melihat jalanan yang sepi kendaraan, trotoar yang memutih, juga orang-orang dengan pakaian tebal dan hangatnya.
"Ini salju."
Jimin masih terus mengamati sesuatu yang berjatuhan dari langit. Bukan hujan yang dibencinya, tapi sesuatu yang turun dari langit itu tetap menjadi salah satu hal yang dibencinya. Alasanya, benda putih yang menutupi jalanan itu membuatnya kedinginan. Juga Jimin baru tahu kalau benda putih itu adalah hujan yang membeku, entahlah, tapi ia menganggap begitu setelah benda itu mencair di tangannya.
"Minum green tea nya, sebelum dingin." Kata Jungkook membuat Jimin mengalihkan eksistensinya pada secangkir cairan yang mengepul.
Jimin menggeleng sambil mengernyitkan dahinya. "Jimin mau milkshake."
"Di tengah musim dingin?"
Jimin mendengus sebal, masih menatap ke arah cangkir penuh grean tea dengan tatapan hampir melotot. Jungkook hanya terkekeh pelan. Ia seperti melihat bocah yang sedang memarahi secangkir teh karena rasa tidak sukanya.
"Oh! Chimmy?"
Jimin segera menoleh ke arah seseorang yang memanggil dirinya. Tersenyum lebar setelahnya kemudian memekik dan berlari menuju seorang pria dengan coat hitamnya. "Pria tanpa kumis!"
Jungkook, tanpa menoleh sedikitpun, menggeram dalam diam sambil menghabiskan sisa americano-nya. Ia yang tertinggal memandang keluar jendela sambil mendengar suara Jimin yang terus memekik menyebut kata yang sama berulang kali.
"Pria tanpa kumis! Pria tanpa kumis! Pria tanpa kumis!" Pekik Jimin sambil menghentak-hentakan kedua kakinya dengan langkah yang kecil dihadapan Yoongi.
Yoongi tersenyum dibalik syal kelabunya, menyimpan kameranya lalu kembali mendengarkan pekikan semangat Jimin yang tiada henti. "Sudah berhenti." Kata Yoongi lembut.
Jimin benar berhenti. Ia menatap Yoongi dengan matanya yang berbinar, seperti anak kucing yang kembali bertemu dengan majikannya setelah ditinggal kerja seharian. "Pria tanpa kumis." Cicit Jimin seakan tak pernah puas menyebut nama yang sama berulang kali.
Yoongi terkekeh, wajahnya sedikit memerah sama seperti telinganya yang kedinginan. "Sudah lama sekali, bagaimana kabarmu, chim?" Tanya Yoongi berusaha mengalihkan wajahnya yang memerah.
"Pria tanpa kumis~" desis Jimin masih memandang Yoongi penuh binar dengan kedua tangan yang dikatupkan tepat dibawah dagunya.
Yoongi berdecih. "Boleh.. peluk?"
Tanpa menjawab Jimin langsung menjatuhkan tubuh mungilnya kedepan yang langsung ditangkap oleh Yoongi dengan dekapan hangat. Sedikit mengusap belakang kepala Jimin, menepuk-nepuk pinggang Jimin sementara Jimin meggerang dibelakang punggungnya.
"Berhenti menghalangi jalan." Ujar suara rendah yang berdiri tak jauh dari keduanya. Jimin tak berkutik, ia masih diam membiarkan tubuhnya dipeluk dengan pria berjaket tebal.
"Oppa?"
Jimin menarik tubuhnya, melihat seorang wanita dengan coat merah sebatas lutut dengan hotpants hitam pada musim dingin. Sedikit memiringkan kepalanya karena kebingungan dengan asal wanita asing ini.
"Dia Yoonjin, orang yang aku kenal." Kata Yoongi mencoba menjelaskan sebelum Jimin mendesis dengan tatapan tajam.
"S-siapa dia?" Tanya Yoonjin takut.
Yoongi menoleh ke arah Jimin yang masih menatap Yoonjin tajam. "Seseorang yang menggantikanmu beberapa bulan ini." Kata Yoongi sambil mengusap puncak kepala Jimin.
Jungkook berdeham dengan sengaja. "Yak! Kemari, kita bicara." Ujar Jungkook sebelum ia berjalan lebih dulu keluar perpustakaan.
Jimin yang kebingungan hendak mengikuti tuannya namun Yoongi buru-buru menahan Jimin. "Kau, disini. Temani Yoonjin, dia baru kembali dari luar negeri. Jadilah teman, okay!"
Jimin sedikit melirik kearah Yoonjin yang saat ini tengah menatapnya sebal.
"Jangan menggigitnya." Tambah Yoongi sebelum dirinya benar-benar keluar.
Yoonjin yang menyadari kepergian Yoongi hanya mendesah lesu, lalu menunduk kecewa dengan perasaan sakit dalam dadanya. Jimin yang menyadari ekspresi Yoonjin yang berubah mendadak ikut khawatir. Dengan sigap ia berjalan mendekati Yoonjin lalu meletakan kepalanya diantara leher Yoonjin.
"Y-yak! I-ini namanya pelecehan. A-apa yang kau lakukan?"
"Charge..."
#######
"Wah... Aku tidak menyangka kali tadi benar-benar eonnie."
"Apa yang kau lakukan disini?"
"Eonnie benar-benar tinggal disini?"
"Cepat pulang."
"Wah... Apa dia tidak punya pikiran? Ada apa dengannya?"
"Apa kau tak ada jadwal operasi?"
"YAK! Apa kau mengejek ku? Aku tidak pernah punya pengalaman operasi atau apapun itu! Selama karir ku menjadi dokter bedah. Tak pernah!" Ujar Woojin dengan nada tinggi.
Hoseok yang berdiri di dekat pintu sambil melipat tangannya di dada hanya bisa menghembuskan napasnya. "Pulanglah." Katanya dengan lembut dan pelan.
"Tidak!"
"Kau akan mendapat masalah jika pagi-pagi pergi ke apartemen pria."
"Yoongi oppa sudah keluar dari tadi, tidak akan ada masalah."
"Seharusnya kau tidak masuk ke dalam kamar pria." Kata Hoseok mencoba memperingati.
"Wah... Mengapa reaksi Yoongi hyung biasa saja? Bahkan dia mengajak eonnie untuk pergi keluar bersama. Aku benar tidak menduga kalau-"
/Bruk!/
Hoseok mendorong tubuh Woojin dan mengukungnya. Mendekatkan wajahnya sambil menatap mata ketakutan dibawahnya. "Aku sudah memperingatimu." Kata Hoseok dengan suara baritonnya.
"M-mwo?"
"Jangan masuk ke kamar pria apalagi duduk di ranjangnya. Berbahaya."
"T-tapi ini.. k-kamar mu."
"Aku seorang pria, dan aku ini playboy jika kau lupa."
"Eung?"
Hoseok menurunkan pandangannya, kali ini bibir tipis yang merah dan sedikit membeku karena musim dingin menjadi hal yang menarik baginya. Hasratnya tiba-tiba menguasai otaknya, bibir lembab yang sedikit terbuka itu kembali mengunci perhatiannya. Hoseok mendekatkan kepalanya lebih dalam tanpa mengalihkan perhatiannya pada bibir tipis itu.
"Ingin ku cium sekarang?" Kata Hoseok tepat di depan bibir Woojin dengan jarak yang sangat pendek.
Woojin mendorong tubuh Hosoek menjauh. "Dasar bajingan brengsek! Berani-beraninya kau menggodaku." Seru Woojin.
"Apa kau merasa aku menggodamu?" Tanya Hoseok sambil menatap Woojin yang saat ini nampak salah tingkah. "Cepat keluar, dan tunggu di sofa."
Woojin segera keluar dari kamar Hoseok sambil membanting pintu dengan panik. Sesaat setelahnya Hosoek menghembuskan napasnya yang sedari tadi ditahannya, memegang dadanya yang terus berdetak tak karuan sejak ia menatap mata Woojin dengan jarak yang amat dekat. Hampir saja Hoseok kecolongan, jika saja ia tak ingat siapa dirinya dimata Woojin.
"Pria? Bahkan dia tidak melihatku sebagai pria."
########
Note: part Hoseok x Woojin terinspirasi dari webtoon the secret angel :) sebelum kalian bilang ini itu disini suri konfir dulu yang bener gimana.
Terimakasih :)))
To Be Continue ..
KAMU SEDANG MEMBACA
Hormones [TAMAT]
FantasyJeon Jungkook, seorang pengangguran, bertemu dengan seekor kucing dengan luka di telinganya saat ia meniup lilin ulang tahunnya. "Apa kau malaikat?" "Dimana calico ku?" "Apa kau kehujanan?" "Jangan bicara dengan orang asing!" "Boleh aku memanggilmu...