3

973 31 0
                                    

Suasana meja makan seperti ini sudah sangat biasa bagi seorang Kian Cakra Trisman.

Meja makan berukuran besar dan kursi makan yang tertata rapi disana.

Kosong.

Hanya ada dia disana. Duduk sendirian dengan makanan yang banyak.

Kadang Cakra tak habis pikir, apakah kedua orang tuanya begitu sibuk sampai-sampai mereka tak memiliki waktu yang cukup hanya untuk sekadar makan malam bersama putra mereka?

Cakra tahu jika kedua orang tuanya mencari nafkah untuknya, tapi bukan berarti Cakra harus merasa sepi terus seperti ini.

"Lho, den Cakra belum makan?"

Cakra nyengir. "Hehe, nungguin bibi sama mang Opi!", jawab Cakra.

"Oalah, maaf yah den bibi kelamaan di dapurnya. Tunggu yah bibi panggilkan mang Opi."

Bik Ajeng pun beranjak untuk memanggil mang Opi yang sedang berada diluar.

Jangan heran jika Bik Ajeng dan mang Opi tidak merasa sungkan saat Cakra memanggilnya makan malam. Hal seperti itu sudah berlangsung saat Cakra masih kecil, dan kedua orang tuanya sendiri yang meminta bik Ajeng dan mang Opi menemani Cakra untuk makan di meja makan.

Mang Opi dan bik Ajeng pun tiba, membuat perasaan Cakra yang tadinya sedih mulai berangsur membaik.

Ketiganya duduk bersama di meja makan, mulai menikmati santapan makan malam yang menggugah seleranya itu.

Dalam hatinya yang paling dalam Cakra bersyukur, sebab ada mang Opi dan bik Ajeng yang masih peduli kepadanya. Terlepas dari ia yang selalu merasa sepi, tapi kehadiran kedua orang itu sudah sangat cukup baginya, setidaknya untuk saat ini.

***

Risty sedang mondar-mandir dihadapan Shera yang sibuk bertransaksi dengan Tati--teman sekelas mereka yang meminta Shera menggambar sketsa wajah kekasih Tati kemarin. Niatnya Shera berniat memberikan gambar itu pada Tati kemarin, tetapi Shera tak memberikannya. Ia sudah memberi tahu Tati bahwa ia akan membuat sketsanya makin bagus. Dan untungnya Tati setuju saja dengan tindakan Shera itu.

"Ra, makasih yah! Pasti pacar gue seneng banget liat gambar ini."

"Sama-sama. Nih foto pacar lo." Shera menyerahkan foto kekasih Tati yang diberikan padanya.

Tati memberikan beberapa lembar uang pada Shera. Setelahnya Tati beranjak dari bangku Shera dan melangkah menuju tempatnya dengan wajah puas.

"Alhamdulillah, dapat duit lagi!"

Sekarang Shera merasa sangat bahagia sekarang. Rezekinya mengalir lancar dari kegemarannya menggambar sketsa wajah orang lain.

"Ra, apa lo yakin gue bisa ngelakuinnya?!", tanya Risty frustasi.

Shera menghembuskan napas. "Gimana orang tua lo nggak ngeremehin lo, lo sendiri aja nggak yakin sama diri lo sendiri."

Risty meringis. "Tapi gue takut, Ra!"

"Ah elah, belum juga dicoba lo udah parno duluan."

Beautiful ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang