Shera melirik jam tangan kecil pada pergelangan. Masih ada beberapa menit lagi jadwal latihan akan segera dimulai.
Di grup pesan yang dikhususkan untuk siswa eskul seni, Meisy menyampaikan jika ia akan datang beberapa menit lagi.
Perasaan tak mengenakkan itu kembali mengganggu Shera. Hari ini Cakra harus diberi tahu. Kesalah pahaman cowok itu tak boleh semakin besar. Nantinya, akan ada penyesalan diakhir.
"Shera!"
Novi bersama beberapa teman yang lain menyapa Shera yang kebetulan berdiri tepat diluar ruangan eskul seni.
Shera tersenyum tipis. "Tumben kalian bareng," ucap Shera.
"Hehehe, kebetulan ketemu di jalan yah sekalian berangkat bareng." Novi menjelaskan.
"Kenapa lo berdiri disini? Nggak masuk ke dalam?" Kali ini Isha yang bertanya.
"Oh, itu. Gue baru aja datang. Kak Meisy juga katanya bakalan datang beberapa menit lagi."
Mereka akhirnya memutuskan masuk ke ruang eskul. Istirahat sekaligus numpang Wi-Fi sekolah sebentar.
Pandangan Shera lurus kearah pintu. Ia tak sabar menunggu kedatangan Cakra. Selagi ada kesempatan, Shera akan berusaha memberitahu segalanya, tentang Tania dan Gio.
Tak lama berselang, Meisy bersama beberapa senior yang lain sudah tiba. Shera menghembuskan napas pelan. Cakra belum datang juga. Pasti terlambat lagi.
"Adik-adik, sudah siap buat latihan hari ini?" Teriakan Meisy itu menggema ke seisi ruang eskul seni.
"SIAP, KAK!", jawab anak eskul kompak.
Meisy memberikan dua jempol. "Kakak suka semangat kalian yang seperti ini. Semangat yah latihannya! Setelah latihan kalian bisa makan cemilan yang sudah kami belikan buat kalian."
Senyum sumringah mekar diwajah anak eskul. Ini dia salah satu alasan mereka masuk ke eskul seni. Selain suka dengan dunia yang berhubungan dengan kesenian, kebaikan senior eskul seni inilah yang menjadi alasan. Kesenioritasan tak menjadi prioritas disana, tetapi kebersamaan dan bagaimana para senior merangkul junior untuk mempelajari segala hal yang mereka suka, tanpa menunjukkan status ataupun menekan para junior melakukan hal yang menjadi standar para senior.
Intinya, para junior hanya diminta mengikuti eskul seni dengan ikhlas, rajin, dan sepenuh hati.
Satu persatu anak eskul seni yang lain mulai berlatih, sedangkan Shera hanya bisa duduk diam di tempatnya. Bagaimana ia bisa latihan jika Cakra, yang merupakan teman latihannya belum datang? Naufal, Ojip, dan Vino juga sama. Empat sekawan itu memang selalu kompak.
"Shera," panggil Meisy. Shera memberi senyum tipis pada kakak kelasnya itu. Meisy pun duduk disebelah Shera.
"Kenapa belum latihan?", tanya Meisy heran.
"Cakra belum datang, kak. Dia teman latihan menari aku. Nggak mungkin aku latihan tanpa dia," tutur Shera. Kepala Meisy mengangguk mengerti.
"Yasudah, lebih baik kamu nonton saja yah video menarinya dulu. Kalo Cakra udah ada, kalian bisa latihan, kok," usul Meisy.
"Makasih yah, kak."
"Sama-sama. Kakak mau lihat yang lain dulu."
Meisy bangkit dari duduknya, lalu memghampiri siswa yang lain.
Segera Shera mengambil ponsel yang ada ditasnya. Ia ikuti saran Meisy.
Dengan wajah serius Shera memperhatikan tiap gerak para penari didalam video itu. Shera harus tahu gerakannya lemah pada bagian mana, jadi dia masih punya kesempatan memperbaiki gerakannya yang kurang sempurna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Choice
Teen FictionPutus cinta saat masih duduk di bangku SMP nyatanya membuat Cakra berlaku seorang pemuda yang sangat menyebalkan. Tak ada hari bagi pemuda itu untuk tidak membuat kekacauan. Ada satu hal yang sangat senang Cakra lakukan selain berbuat onar. Ia senan...