"Ra, cepetan dong! Udah laper ini!"
"Sabar, kek!"
Risty dengan wajah tidak sabaran menunggu Shera yang sibuk merapikan peralatan belajarnya. Setelahnya gadis itu sudah berdiri disamping Risty, mengajak Risty ke kantin.
"Sumpah, Ra! Gue udah laper banget! Cacing di perut gue udah pada demonstrasi!", keluh Risty sesekali meringis sebab tak bisa menahan rasa laparnya makin lama.
"Muka lo jangan gitu amat kali, Ty. Kayak ibu-ibu mau lahiran. Gue yang liat jadi ngeri," balas Shera.
Risty malah cengengesan. Setibanya di kantin, Risty segera berlari menuju ibu kantin. Memesankan makanan untuknya dan Shera. Tanpa bertanya pada Shera pun Risty sudah tahu apa yang Shera inginkan.
Shera mulai mencari bangku yang kosong agar ia dan Risty bisa makan dengan tenang.
Setelah menemukannya, Shera langsung duduk sembari menunggu Risty menghampirinya.
Shera bisa melihat Risty yang sudah berjalan tergesa-gesa ke arahnya. Dengan napas ngos-ngosan, Risty duduk disebelah Shera.
"Gila, sih! Tuh anak-anak pada nggak sabaran semua. Saking nggak sabarnya gue sampai dijambak sama didorong-dorong. Bikin tengsin aja," celetuk Risty yang mendapatkan cibiran dari Shera. "Lo juga sama aja. Sama-sama nggak sabaran."
Bibir Risty mengerucut. "Gue maunya lo nenangin gue. Ini malah ngatain gue. Luar biasa sekali anda menjadi teman!"
Shera terkekeh. "Maaf, deh."
"Dimaafkan," balas Risty menarik-narik pipi Shera.
"Ty, sakit, ih!"
Risty tertawa pelan setelah melepas pipi Shera dari jangkauannya.
Akhirnya, setelah menunggu cukup lama pesanan makanan mereka sudah datang. Tanpa basa-basi lagi Risty segera melahap makanannya. Shera bahkan sampai menggeleng-gelengkan kepala sebab Risty makan persis orang kesetanan.
"Pelan-pelan lah, Ty. Keselek baru tau rasa lo," peringat Shera yang hanya ditanggapi cuek oleh Risty.
Shera mengendikkan bahu. Gadis itu mulai menuangkan aneka saus pada mie kuahnya. Gantian Risty yang menatap tak percaya pada Shera.
"Ya Allah, Ra! Lo lagi buat kolam saus?", tanya Risty dengan tampang cengo.
"Ah, nggak kok." Shera menjawab sekenanya.
Risty berdecak. "Ntar lo bisa kepedesan, Ra. Nggak takut habis ini lo mencrot-mencrot?!"
"Ya udah, sih. Sekali-kali makan pake saus itu nggak masalah."
"Sekali-kali ndasmu! Malahan lo makan saus setiap hari. Itu perut atau tangki penampungan?"
Shera memilih tak menjawab. Ia mulai melahap mie kuahnya dengan sukacita. Tak peduli tatapan ngeri yang Risty alamatkan padanya.
Risty kesal. "Kacang mahal, kacang mahal!"
Shera menatap Risty dengan alis berkerut, lalu ia melanjutkan makan lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Choice
Teen FictionPutus cinta saat masih duduk di bangku SMP nyatanya membuat Cakra berlaku seorang pemuda yang sangat menyebalkan. Tak ada hari bagi pemuda itu untuk tidak membuat kekacauan. Ada satu hal yang sangat senang Cakra lakukan selain berbuat onar. Ia senan...