9

608 33 2
                                    

"Lo beneran nggak ngerjain gue, 'kan?"

Entah sudah berapa kali Cakra mendengar pertanyaan itu diajukan oleh Shera.

"Sumpah, deh! Kali ini gue kagak ngerjain lo!"

"Beneran?", tanya Shera dengan ekspresi curiga.

Cakra berdecak. "Lama-lama gue gantung lo di pohon jambu belakang sekolah kalo lo bawel!", ancam Cakra yang langsung membuat Shera mingkem.

Keduanya terus berjalan berdampingan.

"Sipit!"

"Kenapa?!"

Cakra tergelak. "Cie, akhirnya ngerespon! Seneng banget gue manggil lo sipit, lo ngerasa itu nama kesayangan pasti!"

Shera mendecih. "Sampai mulut gue muntahin emas, berlian pun lo tetap manggil gue sipit!"

"Hehehe, tau aja lo! Gue mau nanya," ujar Cakra serius.

"Kalo mau nanya sama guru aja!", jawab Shera sekenanya.

"Gue serius. Gue cuma mau nanya, sejak kapan lo suka melukis?"

Dahi Shera mengerinyit. Serius Cakra bertanya hal seperti ini padanya?

"Ini lo beneran Cakar si buaya kampung, 'kan? Tumben-tumbenan nanya masalah gitu! Ini beneran, pertanyaan basa-basi atau pertanyaan jebakan?!"

Cakra meringis. "Cakra, Pit. Bukan Cakar. Gue nanya serius. Soalnya, gambar lo kemarin itu bagus banget."

Deg

Jantung Shera berdetak lebih cepat, dan perutnya serasa ada yang menggelitik.

Jadi seperti ini dipuji oleh orang yang kita sukai?

Shera menatap Cakra lekat, membuat cowok itu salah tingkah. "Ah elah, jangan mandangin gue gitu amat!"

"Oh, maaf! Soal gue yang bisa melukis, itu udah dari kecil."

Kepala Cakra mengangguk mendengar ucapan Shera. "Pantas aja gambar lo tetap bagus meski waktu tantangan lo kemarin cuma 15 menit."

Shera terdiam. Tak tahu harus menanggapinya seperti apa.

Shera sama sekali tak gugup jika terus adu mulut dan berdebat dengan Cakra, tapi berbicara tanpa didasari kekesalan seperti ini sudah sanggup membuatnya gugup.

"Tuh, bener kan! Kak Meisy ngajak kita ke eskul seni buat bahas masalah penting! Ayo masuk!"

Shera mengangguk kikuk. Ia mengekor dibelakang Cakra.

Benar saja, semua anak eskul seni sudah ada disana. Shera segera mengambil posisi duduk disebelah Novi.

"Nah, berhubung kalian sudah ada disini, kakak hanya ingin menyampaikan perihal pertunjukan apa yang akan kita tampilkan pas acara sekolah nanti. Waktunya makin mepet. Rencananya, eskul seni akan menampilkan pertunjukan berupa tarian tradisional yang dilakukan secara berpasangan, serta tarian modern. Ada juga rencana menampilkan drama kerajaan gitu. Tapi belum diputuskan mau yang modern apa tradisional. Oh iya, permainan alat musik dan acara menyanyi dan pameran lukisan akan ditampilkan. Apa kalian ada saran?"

Tak ada anak eskul seni yang membuka suara. Kepala mereka hanya mengangguk beberapa kali. Sepertinya mereka setuju dengan rencana Meisy dan senior eskul seni yang lain.

"Kak, kami setuju dengan rencana kakak," ujar Isha mengangkat suara.

"Yang lain?", tanya Meisy ragu.

Beautiful ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang