Risty kurang ajar!
Hanya kalimat itu yang didengungkan Shera dalam dirinya. Bisa-bisanya Risty meninggalkannya bersama Cakra disini.
"Nggak usah ditekuk gitu mukanya, jelek amat!", ejek Cakra membuat Shera memasang wajah dingin.
"Iya, gue emang jelek." Shera memilih tidur saja sekarang. Bisa-bisa bukannya sembuh dia malah tambah sakit.
Sakit hati lebih tepatnya.
"Biar jelek gue bakalan tetap suka sama lo," kata Cakra memandang lekat Shera yang milih membelakanginya.
Shera tersenyum miris. "Sejak kapan lo jago ngegombal begitu? Apa semua cewek lo gombalin semua?!"
Cakra tersentak mendengar ucapan Shera. Baru kali ini ia mendengar Shera berkata dengan penuh penekanan seperti itu.
Cakra bungkam. Tangannya mengepal tanpa sadar. Ia tidak terima jika Shera berkata seperti itu padanya.
Cakra hanya menyukai Shera, maka dengan senang hati Cakra akan membuat Shera bahagia. Sejak tahu perasaannya pada gadis itu, Cakra bertekad membuatnya bahagia.
Anggap saja Cakra berlebihan, tapi Cakra tak mau mengingkari hal itu.
"Lo kenapa, sih? Kalo lo ada masalah lo cerita, apalagi kesalahan itu berhubungan dengan gue. Ngomong, Shera!"
Shera sedikit kaget karena baru kali ini Cakra memanggil memakai namanya, biasanya cowok itu memanggilnya sipit. Kalaupun mau memanggil nama asli itupun jika cowok itu dalam keadaan yang memungkinkan saja.
Shera berbalik badan dan menatap Cakra. Matanya menyorot tajam. "Masalahnya ada di gue, Cak! Dan beneran, gue nggak mau terlibat urusan apapun sama lo!"
Cakra kembali tergelak karena Shera. "Bilang sama gue, apa yang gue lakuin sampai lo ngomong gitu?"
"Lo pikir aja sendiri!"
Shera berusaha turun dari tempat tidur, dan Cakra kembali menghadangnya. Tapi Shera akan terus memberontak pada cowok itu.
Shera berjalan pelan menuju kearah pintu.
Disaat bersamaan pusing menyerang kepalanya tanpa ampun. Tapi Shera tidak mau kelihatan lemah. Gadis itu terus memaksakan diri.
BRUK
"Shera!"
Cakra menghampiri Shera yang sudah terkulai lemas di lantai. Dengan gerakan cepat ia menggendong tubuh gadis itu dan membaringkannya kembali diatas bankar.
*****
Shera meleguh.
Matanya berpencar ke sekelilingnya. Sesekali Shera mengerjapkan kedua matanya agar kesadarannya kembali terkumpul.
Gadis itu berusaha bangun dari posisi berbaringnya.
Pergerakannya tertahan karena sebuah tangan hangat dan besar menggenggam tangannya.
"Cakra?", gumamnya. Ia melihat Cakra yang tidur dengan dengan menggenggam tangannya.
Untuk sekejap Shera melupakan amarahnya pada Cakra. Senyumnya mengembang. Tangannya mulai mengelus lembut puncak kepala Cakra.
Gerakan Shera lalu terhenti. Tangannya beralih mengusap puncak kepalanya sendiri. Ia masih ingat Cakra menciumnya tadi.
Wajah Shera jadi mendadak panas.
Shera mengamati jam dinding yang berada jam jauh dari pandangannya.
Sudah jam istirahat.
Shera ingin kembali ke kelas, tapi Cakra menggenggam tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Choice
Teen FictionPutus cinta saat masih duduk di bangku SMP nyatanya membuat Cakra berlaku seorang pemuda yang sangat menyebalkan. Tak ada hari bagi pemuda itu untuk tidak membuat kekacauan. Ada satu hal yang sangat senang Cakra lakukan selain berbuat onar. Ia senan...