43

454 20 2
                                    

Shera berjalan dengan tatapan terluka. Tak habis pikir dengan sikapnya yang berlebihan seperti ini.

Ia menangisi Cakra yang bersama Tesa.

Memangnya kenapa? Apa yang salah?

Itulah pertanyaan yang mati-matian dipatrikan Shera dalam kepalanya.

Shera berjalan dengan gerakan lesu. Bahkan hujan yang membasahinya tidak dihiraukan sama sekali oleh gadis itu.

Perasaan Shera makin lama makin terasa perih. Gadis itu duduk di pinggir jalan sembari menyeka wajahnya yang basah.

Ia suka sekali dengan hujan. Hujan menyamarkan air matanya, jadi ia bisa menangis sepuasnya. Tak akan ada yang bertanya padanya. Tapi hujan juga mengingatkan Shera pada seseorang.

Cakra.

Saat hujan turun hal pertama yang pernah ia lakukan pada Cakra adalah memberi bunga pada cowok itu.

Shera menggigit bibir bawahnya. Dominasi dingin dan kesedihan bercampur jadi satu.

Betapa menyedihkan dirinya sekarang. Menangisi seseorang yang bukan miliknya, oh ralat, menangisi seseorang yang tak akan pernah dan mau menjadi miliknya.

Shera kembali berdiri, dan melanjutkan langkahnya.



*****





"Cakra!"

Cakra berbalik dan mendapati sosok Tesa yang berdiri tak jauh dari hadapannya.

Untuk apa gadis itu kemari?

Cakra pun memakai tas gendongnya. "Kenapa, Tesa?"

Tanpa mengatakan apapun gadis itu langsung memeluk erat tubuhnya.

"Tesa, kenapa lo...."

"Aku suka kamu, Cak."

Cakra tak sanggup membalas perkataan gadis yang memeluknya itu. Apa-apaan lagi ini? Setelah dulunya ada Tania, dan sekarang Tesa juga mengatakan perasaan, kepadanya?

"Lepasin gue, Tesa!", ujar Cakra berusaha melepaskan diri dari Tesa.

"Nggak mau!" Tesa terus mengeratkan pelukannya pada tubuh Cakra.

Cakra menghela napas. Terpaksa dengan cara yang sedikit keras ia harus melepaskan diri dari Tesa.

Cakra mendorong tubuh Tesa dan menyudutkannya di dinding. "Gue harap kejadian yang kayak tadi nggak lo lakuin lagi!", ujar Cakra geram menatap tajam Tesa.

Tesa menyunggingkan senyum miring. "Kenapa? Aku suka kamu."

Cakra mundur selangkah. "Maaf karena gue udah suka sama orang lain, dan dia bukan lo."

Tesa mendecih. Ia maju dan melingkarkan kedua tangannya di leher Cakra. Gadis itu nampak agresif sekali, dan Cakra muak akan hal itu.

"Minggir!", ujar Cakra dingin dengan tatapan menajam.

"Siapa perempuan yang kamu suka? Apa dia lebih baik dari aku?"

Lagi-lagi, Cakra mendorong tubuh Tesa, bahkan lebih kasar dari yang sebelumnya. "Yang jelas, dia lebih baik dari lo. Dia nggak pernah memperlakukan gue dengan nggak sopan sama kayak apa yang lo lakuin. Lo tau, lo memperlakukan gue persis lelaki murahan!"

Wajah Tesa pias saat Ia mendengar Cakra mengatakan hal itu kepadanya.

"Cakra, aku nggak maksud kayak gitu!", geram Tesa.

Beautiful ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang