38

440 20 0
                                    




"Anak ayah emang hebat!", puji Adi kepada Shera.

"Hehehe, makasih ayah!", balas Shera memberikan senyum terbaik untuk ayahnya.

Keduanya berjalan menyusuri jalan. Hingga sebuah angkutan umum melintas dan mereka memutuskan untuk pulang dengan menaiki kendaraan umum itu.

"Kamu tau, saat kamu menari ayah senang sekali melihat kamu." Adi mengusap kepala Shera ketika keduanya sudah duduk di dalam angkutan umum.

"Shera juga bisa nari sebagus itu karena dilatih kakak senior. Dan karena ayah yang nonton Shera jadi lebih semangat."

Adi menatap anaknya itu. Ia bersyukur anaknya itu sangat baik, dan selalu berusaha membuatnya bangga.

"Ayah nggak nyangka kalo anak ayah ini punya banyak bakat terpendam. Cuma nggak diasah aja bakatnya."

Shera hanya terkekeh. Ia pun memutuskan menyandarkan kepalanya dipundak sang ayah. "Ayah, Shera mau tidur sebentar, yah."

"Iya. Anak ayah ini pasti capek."

Shera pun mencari posisi nyaman di pundak sang ayah.

Selain rasa lelah, Shera juga berpikir keras sekarang.

Bagaimana dengan Tesa?

Shera ingat betul saat mengajak gadis itu bersamanya untuk menyaksikan pertunjukan wajahnya nampak murung. Mungkin efek melihat Tania yang kedapatan berduaan dengan Cakra.

Shera juga sakit hati, tapi kembali lagi. Ia mencoba ikhlas.

Shera terkesiap, saat ponselnya bergetar di saku rok sekolahnya. Ia meraih ponselnya, dan sebuah nomor tanpa nama tertera disana.

Shera memilih mengabaikannya.

"Kenapa nggak diangkat teleponnya?", tanya Adi.

"Nomornya nomor nggak dikenal. Sekarang banyak orang yang senang nipu orang, yah. Shera cuma waspada aja."

Adi mengangguk mengerti. Shera pun menatap layar ponselnya. Daripada nomor tak dikenal itu menelponnya lagi, Shera memilih mematikan ponselnya.

****

"Argh! Nyebelin banget sih tuh Sipit!"

Rasanya Cakra ingin membanting ponselnya saja. Shera mengabaikan telepon darinya.

Tidak tahukah gadis itu bahwa Cakra tengah uring-uringan memikirkannya?

"Napa lo, Cak?", tanya Ojip pada Cakra yang sibuk mondar-mandir di depan cafe.

"Kak Meisy tadi minta gue buat nelpon Sipit, tapi masalahnya dia nggak ngerespon. Alamat diomelin gue kalo si Sipit nggak berhasil gue bawa kemari!"

Ojip mendengus. "Elah, lo 'kan bisa jemput dia. Ya meskipun lo ogah, ini 'kan amanah yang kak Meisy kasih."

Senyum tipis Cakra terkembang samar. Betul kata Ojip. Kenapa ia tak jemput gadis itu saja?

"Oke. Gue jemput aja ke rumahnya."

"Iya, ntar gue kasih tau kak Meisy."

"Makasih."

Cakra pun segera menuju parkiran. Mengeluarkan kunci motornya dari saku celananya dan segera melesatkan kendaraannya itu dari pelataran cafe.

****

Shera dan Adi sudah tiba di rumah.

Setibanya di rumah Shera langsung mengganti seragamnya, dan membaringkan tubuhnya diatas tempat tidur. Badannya rasanya mau remuk karena aktivitas di sekolah.

Beautiful ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang