31

424 19 2
                                    

Suasana seketika hening saat tahu Gio datang ke rumah Tania. Cakra dan Shera yang menatap lurus pada Gio, sedangkan yang lainnya sibuk bertukar pandang karena tak mengerti dengan situasi ini.

"Kalian ngapain kesini?", tanya Gio pelan. Tatapannya terfokus pada Cakra dan Shera.

"Kita mau ketemu Tania, bang." Shera menjawab pertanyaan Gio.

Gio hanya mengangguk kaku, sebelum Tania sudah datang dengan asisten rumah tangganya dengan membawa nampan yang berisi cemilan dan minuman disana.

Setelah meletakkan di meja, Tania segera menghampiri Gio. "Kak, Cakra mau dengerin penjelasan tentang hubungan kita, kak. Kakak mau bantu aku ngejelasinnya?"

Gio tersenyum tipis, langsung mengangguki ucapan Tania. "Oke."

Tesa hanya bisa diam sembari berpikir keras. Ia harus tahu sesuatu dari pembicaraan ini.

Nampak Tania dan Gio yang saling memandang satu sama lain, sebelum akhirnya Gio memulai obrolan lebih dulu.

"Tania nggak salah, Cak. Yang salah itu gue."

Cakra hanya menatap Gio lurus-lurus. Tak ada keinginan untuk berbicara dulu. Ia hanya ingin mendengar, dan setelahnya ia akan menanggapi jika itu perlu.

Gio duduk di sofa bersama Tania. "Jujur, Cak, sejak dulu gue iri sama lo. Gue selalu mikiran cara buat ngalahin lo. Sampai akhirnya, gue melibatkan Tania dalam permainan gue."

Cakra menajamkan pandangannya pada Gio. "Maksud lo apa, bang?"

Gio menatap Tania yang menunduk dalam, menghela napasnya. "Tania gue jadiin alat buat bikin lo lemah, Cak. Saat gue tau lo sama dia pacaran, gue berpikir buat ngerebut dia dari lo. Gue tau lo suka banget sama Tania. Untuk itu, gue mikirin cara buat misahin kalian."

Mata Cakra makin menajam saja, menandakan emosi yang makin membara.

"Kebetulan, papa gue dan papa Tania rekan bisnis, dan papa gue juga yang menanam saham ke perusahaan papa Tania. Gue melihat itu sebagai peluang buat misahin lo sama Tania."

"Gue minta sama papa buat ngecabut sahamnya dari perusahaan keluarga Tania, kalo Tania nggak mau pacaran saat gue. Tania yang tau soal itu langsung nolak, karena dia nggak suka sama gue. Tapi gue terus ngancem dia, dan akhirnya dengan terpaksa dia mau pacaran sama gue. Gue juga minta sama dia buat mutusin lo, Cak. Dan saat itu, hubungan kalian benar-benar berakhir."

Semuanya terdiam usai Gio menyelesaikan ucapannya. Raut bersalah nampak jelas di mata Cakra. Tapi semuanya belum terasa jelas baginya, ia masih punya satu pertanyaan lagi.

"Dan soal Tania keluar negeri, apa itu juga rencana lo buat misahin gue sama dia?!"

Napas Cakra memburu dan nampak sendu di waktu bersamaan. Shera bisa melihatnya secara jelas. Dalam hati ia terus berdoa agar Cakra tak menghajar Gio nanti.

"Soal itu, bukan rencana gue, Cak. Keluarga Tania memang harus ke luar negeri untuk beberapa tahun, sebelum kembali lagi kesini. Itu semua karena alasan pekerjaan papanya Tania yang mengharuskan mereka pindah untuk sementara."

"Cakra, tolong percaya sama Kak Gio, itu faktanya, Cak. Kak Gio juga bukannya orang jahat, dia hanya bersikap seperti itu karena kondisinya yang saat iti masih begitu labil." Tania nampak berkaca-kaca saat menjelaskannya pada Cakra.

Cakra merasa tubuhnya melemah. Jadi selama ini ia yang bersikap jahat dan egois. Ia sama saja dengan Tania, menjadi korban dari permainan Gio. Ia merasa sangat bersalah.

Kepala Cakra menengadah, menghalau kesedihannya makin menjadi lebih besar. Naufal yang memang berada di sebelah Cakra hanya menepuk pelan punggung sahabatnya itu, berharap Cakra bisa sedikit lebih tenang.

Beautiful ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang