10

671 25 0
                                    

Hari ini ada mata pelajaran olahraga di kelas Shera. Jadilah sekarang mereka sibuk mengganti seragam sekolah dengan pakaian olahraga.

Setelah mengganti pakaian, Shera dan teman sekelasnya menuju ke aula. Hari ini mereka akan praktik senam lantai.

Pak Jerry, guru olahraga mereka sudah menunggu.

Pria paruh baya itu kemudian memerintahkan untuk berbaris rapi dan melakukan pemanasan.

"Hari ini, materi praktik adalah senam lantai. Ada beberapa praktik senam lantai yang akan kita lakukan, antara lain guling depan, guling belakang, lompat harimau, kayang, dan sikap lilin," jelas pak Jerry.

"Semuanya akan dipraktekkan, pak?" Pertanyaan itu berasal dari Dito, teman sekelas Shera yang memiliki tubuh tinggi besar.

"Tidak. Hanya ada dua saja yang dipraktikkan. Dan kalian dibebaskan memilih sesuai dengan kemampuan kalian."
Siswa itu bisa bernapas lega.

Pak Jerry mulai memperlihatkan cara melakukan senam lantai itu kepada para siswa. Setelahnya, ia mempersilahkan para siswa untuk berlatih.

Shera sendiri bingung mau memilih yang mana. Ia terlalu kaku dalam urusan seperti ini.

"Ra, lo mau praktekin apa, nih?", tanya Risty yang nampak sudah mengantri dibelakang teman yang lain, ingin berlatih diatas matras.

"Gue juga bingung mau praktekin apaan. Semuanya susah," keluh Shera.

"Elah, belum juga coba. Pikirin dulu aja, mana yang sesuai sama kemampuan lo," ujar Risty tersenyum tipis. Shera menganggukkan kepalanya samar.

Shera ikut mengantri dan berdiri dibelakang teman-temannya, agar ia bisa berlatih diatas matras.

Tanpa Shera sedari, sepasang mata terus memandangi pergerakan Shera.

Cakra.

Cowok itu tak melepaskan perhatiannya barang sedetikpun dari Shera. Sesekali Cakra mengulas senyum tipis saat matanya bisa menangkap raut takut yang ada diwajah Shera.

Meisy yang tak sengaja melihat Cakra tengah memerhatikan Shera hanya mengulum senyumnya. Ia lalu menyenggol lengan Cakra. "Liatin apa, sih? Seru amat!", ujar Meisy dengan senyum jahil.

"Nggak kok! Nggak liat apa-apa!", elak Cakra.

"Nggak usah bohongin kakak! Daritadi kamu liatin Shera, 'kan?", goda Meisy menoel-noel lengan Cakra.

Cakra berdecak. "Ngapain juga liatin si sipit?"

"Jujur aja sih, Cak! Nggak bakalan masuk penjara juga kalo kamu jujur," ujar Meisy mengikuti arah pandang Cakra.

Cakra menghembuskan napas pelan. "Saya cuma mikir, alangkah lebih baiknya Shera juga harus keluar dari zona nyamannya, kak."

Dahi Meisy mengerut. "Maksud kamu keluar dari zona nyaman untuk Shera itu seperti apa?"

"Kakak liat kesana!" Cakra menggerakkan dagunya dan membuat fokus Meisy terkunci pada satu orang, yakni Shera.

"Iya..., lalu?", tanya Meisy belum mengerti.

Beautiful ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang