11

599 27 4
                                    

***

Anak eskul seni diminta datang lebih awal sebab kakak senior katanya akan menyampaikan pemberitahuan, seputar pementasan dan pameran lukisan yang akan diselenggarakan bertepatan dengan hari ulang tahun sekolah.

Dan, disinilah Shera berada. Di ruang eskul seni bersama Novi dan beberapa teman mereka dari eskul melukis.

Baru hanya ada mereka, karena teman-teman mereka yang lain belum datang. Bahkan, mereka sudah ada disana sejak pulang sekolah. Kecuali Shera.

Shera langsung ke toko buku, meminta izin pada ayahnya, dan tanpa mengganti seragam sekolahnya Shera kembali ke sekolah setelah menaruh tas sekolahnya di toko.

"Kapan sih mereka datangnya?", keluh Novi membaringkan tubuhnya di lantai ruangan.

"Sabar, Nov. Bentar lagi mereka bakalan sampai," ujar Shera dengan senyum tipis.

"Tapi, Ra, sampai kapan kita mau nunggu? Ngaret banget sih mereka!", omel Ayla dengan bibir mengerucut.

"He'eh! Mana gue laper, lagi!" Wahida memegangi perutnya yang keroncongan.

"Gini aja, deh, gue tarktir kalian makan mie, deh! Alhamdulillah lukisan gue ada yang beli kemarin, orang itu beli dengan harga yang lumayan tinggi. Daripada disini, kalian suntuk, mendingan kita makan," ajak Shera membuat keempat temannya mengangguk antusias.

"Ayo, ayo!", ujar Iis bersemangat.

Wahida mencibir. "Kalo ditraktir aja lo mau ngomong!"

"Yee, lo sama aja, kali!", balas Iis.

"Udah, kita pergi makan mie aja sekarang!", lerai Shera yang langsung diangguki teman-temannya.

***

Awalnya Shera dan teman-temannya akan makan di kantin. Tapi, mereka akhirnya memilih memakan mie di ruang eskul seni saja. Mereka membeli mie cup agar mudah dibawa.

Dengan duduk saling melingkar, kelima gadis itu menyantap nikmat mie yang Shera traktir untuk mereka.

"Eh, lo pada tau gosip terbaru, kagak?" Wahida mulai heboh sendiri.

"Gosip? Gosip apaan emangnya?", ucap Ayla kemudian meniup-niup mie-nya.

"Katanya, ada anak baru lho yang bakalan sekolah disini. Denger-denger murid barunya cewek!" Wahida memasang tampang seriusnya.

Diam-diam Shera menyimak obrolan teman-temannya itu.

"Cewek? Cantik, kagak?" Iis menatap penasaran pada Wahida.

Wahida mengendikkan bahu. "Katanya sih gitu. Mana tuh murid baru pindahan luar negeri, lagi."

"Wah, nggak bisa dibiarin, nih! Moga aja gebetan gue nggak kepincut sama cewek lain. Gue masih nunggu timing yang tepat buat nembak dia!"

Ucapan Novi membuat Shera, Wahida, Ayla, dan Iis menatap Novi tak percaya.

"Lo punya gebetan, Nov?", tanya Ayla tak percaya.

Novi mengangguk. "Iya."

"Siapa, Nov?", tanya Wahida penasaran.

Beautiful ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang