19

448 21 4
                                    

Sungguh Cakra tak bisa mengendalikan dirinya untuk tak menggenggam tangan Shera. Ada sensasi luar biasa saat ia berhasil memegang tangan Shera dengan perasaan seberkecamuk ini untuk pertama kalinya. Cakra bahkan enggan melepaskan tangannya dari Shera. Ia ingin menggenggam tangan itu terus menerus.

"Cak, tangan gue," ujar Shera dengan nada ragu. Cakra terkesiap lalu melepas genggamannya dari tangan Shera.

"Maaf," ujar Cakra yang terlihat salah tingkah.

"Iya." Shera membalas singkat. Ia lalu mengambil dua botol air mineral berukuran sedang lalu beranjak dari sana. Cakra dibuat panik. Ia mengambil 4 botol air mineral. Mempercepat langkahnya mengikuti Shera.

"Eh?" Shera berjengit kaget mendapati Cakra berdiri disebelahnya dengan 4 botol air mineral ditangannya. Apa cowok itu tak kerepotan?

"Sini gue bantu bawain." Tanpa menunggu persetujuan Cakra, Shera mengambil satu botol air mineral. Kembali Cakra tertegun karena sikap gadis ini.

Cakra menggigit bibir bawahnya gugup. Biasanya ia akan mengejek Shera dan menjahili gadis itu. Tapi entah apa yang terjadi padanya sekarang. Rasanya perilaku itu begitu sulit dilakukannya, walau itu hanya untuk sekadar mengusir rasa canggungnya.

Cakra menggeleng kuat. Kecanggungan ini membuatnya merasa tak nyaman. Ia lalu merogoh sesuatu dari dalam saku celana abu-abunya.

"Pit!"

"Hm, apa?", balas Shera tanpa menoleh pada Cakra.

"Nih!"

Langkah Shera terhenti, bersamaan dengan kening berkerut. "Kenapa lo ngasih ini?"

Mata Cakra terputar dengan malas. Ia sendiri bingung mau mengatakan apa saat menyerahkan ponselnya kehadapan Shera. Padahal tujuan sebenarnya adalah mau meminta nomor kontak atau akun sosial media gadis itu. Tapi rasanya Cakra begitu sulit walau itu hanya untuk mengutarakan keinginannya itu.

"No hp lo!", tegas Cakra membuat kedua mata Shera membulat, hingga tangannya terasa melemas dan akhirnya tiga botol air mineral mulai berjatuhan dan mengenai kakinya.

"Awh!", pekik Shera dengan ringisan pelannya. Cakra menggelengkan kepalanya. Perlahan ia membantu mengambilkan botol air mineral yang berjatuhan dan memberikannya pada Shera.

"Makasih," ujar Shera pelan ketika ia sudah menerima botol air mineral yang sudah dipunguti Cakra.

Seringai menyebalkan milik Cakra kembali terlihat. "Segitu exited- nya nomor hp lo gue mintain?"

Shera menipiskan bibir. Memang tak ada seharipun kelakuan Cakra yang benar-benar baik. Semuanya terlihat menyebalkan.

Asal kalian tahu saja jantung Shera sudah berdebar lebih cepat tadi, dan juga ada sensasi panas dipipinya. Tapi semua itu seketika menghilang saat Cakra kembali membuat ulah. Dasar laki-laki tidak peka! Tidak sadarkah Cakra jika ia terus memberi harapan pada Shera yang sejatinya sudah ingin berhenti menyukainya?

Shera mengangkat dagu menantang. "Emang siapa juga yang kegirangan dimintain nomor hp sama lo?! Bukannya  lo yang terlalu semangat buat gangguin gue, pake acara megang tangan gue. Mau lo apa sebenarnya? Mau bikin gue baper?!"

Skakmat!

Cakra bungkam detik itu juga. Shera berhasil membuatnya diam dan membuatnya mengingat tingkahnya beberapa menit yang lalu.

Memang benar, dia yang menghampiri Shera, menganggunya. Tapi, mengapa Cakra merasa tidak terima jika gadis itu berpikir jika ia ingin membuatnya terbawa perasaan? Cakra hanya ingin meminta nomor ponselnya, tidak lebih. Tapi apakah cara memintanya yang salah?

Beautiful ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang