"Astaga!"
Shera berlari saat ia melihat seorang pria yang hampir ditabrak oleh mobil.
Dengan gesit Shera menarik tangan pria paruh baya itu.
"Bapak tidak apa-apa?", tanya Shera dengan wajah panik ketika ia dan pria paruh baya itu sudah berdiri dipinggir jalan.
"Iya, nak. Terima kasih kamu sudah menolong saya."
"Tak masalah, pak. Kenapa tadi bapak jalannya kurang fokus?", tanya Shera masih sedikit khawatir.
"Ini, saya habis beli hadiah buat anak saya. Saya terlalu sibul dengan hadiahnya sampai-sampai saya tidak memperhatikan jalan.", jelas bapak itu.
Kepala Shera menggangguk mengerti. "Oh, begitu. Tapi, lain kali bapak hati-hati."
"Iya, nak. Ngomong-ngomong, siapa nama kamu?"
"Nama saya Shera, pak."
"Oh, Shera. Sekali lagi saya mengucapkan terima kasih."
Pria paruh baya itu merogoh saku celananya, dan mengeluarkan beberapa lembar uang ratusan ribu rupiah. "Tolong ambil ini, sebagai ucapan terima kasih saya."
Shera menggelengkan kepalanya. "Maaf, pak. Saya tidak bisa menerima uang dari bapak.", tolak Shera dengan sopan.
"Tak apa, nak. Ambil saja.", ujar pria paruh baya itu tetap menyodorkan uang kearah Shera.
"Tak usah, pak. Saya ikhlas menolong bapak."
Pria paruh baya itu menghembuskan napas pelan. Ia kembali memasukkan uangnya kedalam saku. "Yasudah jika kamu tak mau menerima uang dari saya. Sekarang kamu mau kemana?"
"Saya mau ke toko buku ayah saya, pak.", terang Shera.
"Kalau begitu, mari saya antarkan!", tawar pria paruh baya itu.
"Wah, bapak serius? Apa tidak merepotkan?", tanya Shera tak enak hati.
"Tak merepotkan. Ayo!"
Shera mengangguk, lalu ia mengikuti pria paruh baya itu ke arah mobil mewahnya.
Dengan sangat hati-hati Shera mulai membuka pintu mobil mewah itu. Seolah-olah ia begitu takut jika tangannya dapat membuat mobil itu lecet sedikit saja.
Shera duduk didalam mobil mewah itu. Dan tak lama mobil itu sudah melaju membelah jalanan kota.
"Kamu ini sudah kelas berapa? Sekolah dimana?", tanya pria paruh baya itu pada Shera.
"Saya sudah kelas XI, pak. Saya bersekolah si SMA Cendra Purnama.", ujar Shera tenang.
"Wah, berarti kamu satu angkatan sama satu sekolah sama anak saya!" Pria paruh baya itu nampak antusias.
Shera hanya menujukan senyum tipis. "Kebetulan juga saya bisa satu sekolah sama anak bapak. Soal hadiah yang bapak beli itu, apa karena anak bapak sedang ulang tahun?"
Shera tahu jika ia tak boleh bersikap cerewet dan ingin terlalu tahu tentang urusan pribadi orang lain. Apalagi urusan antara anak dan ayahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Choice
Teen FictionPutus cinta saat masih duduk di bangku SMP nyatanya membuat Cakra berlaku seorang pemuda yang sangat menyebalkan. Tak ada hari bagi pemuda itu untuk tidak membuat kekacauan. Ada satu hal yang sangat senang Cakra lakukan selain berbuat onar. Ia senan...