23

449 23 0
                                    

Shera memijat pelipisnya yang terasa berdenyut.

Soal pembicaraan antara Gio dan Tania di toko eskrim tadi, semuanya membuat Shera merasa sangat kesulitan.

Ia akan bingung dalam menyikapi Cakra. Awalnya dia pikir tak apa-apa jika ia berkomunikasi dengan Cakra.

Tapi sekarang, memikirkan berhadapan dengan Cakra untuk hari esok terasa begitu memusingkan. Masih ada Tania, gadis tak bersalah yang selalu Cakra abaikan.

Apa yang Tania pikirkan jika melihat ia dan Cakra terus berinteraksi? Yang ada gadis itu akan sedih dan mengira Cakra benar-benar akan melupakannya.

Shera tahu siapa gadis yang Cakra cintai. Gadis hoodie orange yang tak lain dan tak bukan adalah dirinya dalam sosok berbeda. Tapi, apakah perasaan Cakra akan tetap sama jika Tania kembali lagi dalam kehidupannya?

Perasaan yang masih abu-abu itu harus diberi penegasan. Cakra harus tahu untuk siapa hatinya akan ditujukan. Apakah masih tetap gadis hoodie orange, atau justru Tania.

Shera bangkit dari duduknya, membuka pintu lemari dan mengambil hoodie orange yang membuatnya sampai dicintai sedenikian rupanya oleh Cakra.

"Apa gue salah ngelakuin ini? Apa tindakan gue ini termasuk tindakan menipu?" Shera bergumam lirih menatap hoodie miliknya.

Kepala Shera menggeleng. "Nggak! Gue nggak niat buat nipu Cakra dengan identitas gue yang palsu! Dia itu cuma jatuh cinta sesaat sama cewek yang buat dia bangkit dari patah hati. Cinta dia nggak sekuat itu." Tak hentinya Shera menciptakan keraguan dalam dirinya. Ia merasa apa yang dilakukannya ini sudah benar. Ia tak perlu mengakui jika dia gadis yang pernah berbicara dengan Cakra, dibawah langit yang saat itu tengah menurunkan hujan, dan juga gadis yang memberinya semangat, serta memberikannya bunga mawar agar kenangannya bisa terus tersimpan.

Kembali Shera menyimpan hoodie orange itu ke dalam lemari. Otaknya berpikir keras, langkah apa yang akan diambil dalam menentukan sikap.

***

Cakra mengerutkan kening. Ia tak melihat Shera pagi ini. Apakah Shera tak ke sekolah? Apakah Shera sakit?

Tak hentinya Cakra terus mondar-mandir bak cacing kepanasan di depan kelasnya.

Hingga kedatangan Naufal, Ojip, dan Vino sama sekali tak dihiraukannya.

"Cakra kenapa?" Vino bertanya sembari menggaruk kepalanya tak mengerti.

Cakra hanya menggelengkan kepala merespon pertanyaan Vino. Naufal dan Ojip saling lirik satu sama lain. Hingga celetukan Ojip membuat mata Cakra membulat.

"Palingan nungguin sang pujaan hati. Siapa lagi kalo bukan Shera," ujar Ojip yang langsung dibalas Cakra dengan jitakan di kepala cowok itu.

"Sembarangan! Gue emang lagi pusing nyariin dia. Latihan menari itu jadwalnya dipercepat, gue kudu' kasih tau dia."

Naufal memutar bola matanya malas. "Bilang aja lo kangen, Cak."

"Kemaren-kemaren seneng banget lo jodohin gue sama dia," sebal Cakra.

"Lah, emang kita maunya lo sama Shera aja. Kita beri lo restu," seloroh Naufal.

Vino sekarang malah terkikik geli. "Hihihi, Naufal ngucapin restu bikin Vino ingat sama Syahrini dan Reino Barack, mereka pas di instagram pake tagar restu."

Ojip sudah mengancam Vino dengan kepalan tangannya. "Seneng banget lo nonton acara selebritas! Mending juga lo nonton Adit Sopo Jarwo!"

Bibir Vino mengerucut. "Gimana mau nonton Adit Sopo Jarwo? Televisi dipake mama buat nonton rumpi."

Beautiful ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang