18

528 23 0
                                    

Cakra menatap ketiga sahabatnya dengan wajah jengah.

Bagaimana tidak, ketiganya bereaksi dengan sangat berlebihan saat tahu Cakra mengalami kecelakaan.

"Ya ampun, Cak! Kok lo bisa kecelakaan, sih?!", seru Ojip heboh melihat tangan Cakra yang sudah diperban. Memang luka Cakra yang ada ditangannya cukup besar.

"Ih, Ojip! Jangan dipegang gitu tangannya! Nanti Cakra sakit!", pekik Vino tak bisa diam.

"Hadeuh, lebay banget lo berdua! Cak, lo nggak papa, 'kan? Mana lagi yang sakit, kasih tau gue." Kini, Naufal yang angkat bicara. Benar-benar terpancar kecemasan dari mata Naufal.

Ojip lalu mengambil bantal dan melemparkannya ke wajah Naufal. "Lo sama aja, kali! Lo lebih lebay malah!" Naufal hanya meringis.

Melihat Ojip melempari Naufal menggunakan bantal, Vino jadi tergugah untuk melakukannya juga. Ia lalu mengambil bantal dan melemparkannya pada Naufal. "Dasar lebay!", ujar Vino dengan tatapan polos yang langsung disambut gelak tawa dari Cakra dan Ojip, sedangkan mendapat tatapan tak percaya dari Naufal.

"Kurang ajar banget lo, Vin! Gini-gini gue lebih tua 5 bulan dibanding lo," sungut Naufal gemas.

Vino malah menggaruk kepalanya, yang pastinya tidak gatal. "Habisnya gue liat Ojip ngelemparin lo bantal, gue ikutan."

Naufal mendengus. Vino itu masih polos. Apalah daya jika ia mengomeli cowok itu.

Cakra hanya melihat sikunya yang dibalut perban. Ada rasa hangat menjalar dihatinya, tatkala ia mengingat Shera yang membantu membersihkan dan mengobati lukanya.

"Cak, lo kayaknya udah geger otak, deh!", celetuk Ojip membuat Cakra langsung mengelus dadanya.

"Astaghfirullah, Jip! Bacotan lo kagak pernah disaring!", balas Cakra menggelengkan kepalanya.

"Lo kata bacotan gue santan?! Gimana gue nggak mikir lo geger otak? Liatin luka kayak orang menang kupon undian. Sehat kagak, lo?"

Cakra menampilkan wajah datar. "Suka-suka gue, lah."

Ojip mendengus keras-keras. Sekarang Naufal yang memberi tatapan serius pada Cakra. "Gimana ceritanya lo bisa kecelakaan?"

Cakra mengendikkan bahu. "Ya bisalah."

"Gue serius, Cak! Jangan bercanda, elah!" Suara Naufal benar-benar menuntut penjelasan.

Cakra duduk bersila. "Serius, namanya kecelakaan nggak bisa gue cegah. Mungkin, saat itu gue nggak fokus nyetir motor, hilang keseimbangan dan jatuh sama si sipit."

Mata Vino, Naufal, dan Ojip membulat. "SERIUS LO?!", teriak ketiga cowok itu bersamaan saat Cakra menyebut kata 'si sipit' tepat pada bagian akhir kalimatnya.

Kembali, Cakra harus mengelus dada. "Bisa nggak kalian ngomongnya nggak ngegas? Lo mau liat gue mati muda?"

"Boleh juga. Jadi harta warisan buat lo dihibahkan buat gue!", sahut Ojip percaya diri. Jika saja bukan sahabatnya, Cakra dengan senang hati akan menenggalamkan Ojip di rawa-rawa. Serius.

Naufal mencebik. "Parah sih lo, Cak! Anak orang ikutan celaka karena lo ceroboh. Nggak usah deh lo bawa-bawa motor lagi!"

Aduh!

Jika sudah mengomel begitu Naufal nampak menakutkan dimata Cakra. Biar begitu, Cakra akan tetap takut pada Naufal. Naufal itu galak dan ganas. Ia tak akan segan-segan memberikan tinjunya jika Cakra masih keras hati.

Ojip ikut angkat bicara. "Terus, orang tua Shera bilang apa pas kalian kecelakaan?"

"Ayah si sipit cuma bilang kalo dia lega kalo kami berdua nggak kenapa-napa dan nggak luka parah. Palingan badan cuma lecet sama sakit dikit," jelas Cakra.

Beautiful ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang