20

443 18 4
                                    

"Ayah..."

Adi yang sedang serius menonton berita di telivisi langaung menoleh saat Shera memanggilnya. "Kenapa, nak?"

Kepala Shera langsung menggeleng. "Nggak kok, yah. Cuma mau nanya, ayah sudah makan?"

Adi menganggukkan kepala. "Iya. Kamu makan, yah. Dari tadi kamu udah nyuci. Istirahat, nak. Jangan terlalu lelah."

Shera mengangguk patuh. Ia lalu membawa baskom kosong ke kamar mandi setelah ia pakai mencuci seragam sekolah serta beberapa pakaian ayahnya.

Shera bersyukur sebab ayahnya tak melihatnya pulang dalam keadaan basah kuyup. Bisa-bisa ia gelagapan menjawab tiap pertanyaan yang ayahnya ajukan.

Shera menuju ke dapur dan mengambil makanan. Tak butuh waktu lama menghidangkan makanan untuk dirinya sendiri. Sembari membawa piring dan gelas ditangannya, Shera melangkah ke teras belakang. Ia memutuskan untuk makan disana.

Shera duduk dengan kaki diluruskan. Tangannya mulai mengangkat sendok dan menyuapkan nasi dengan lauk tempe goreng dan telur balado ke dalam mulutnya.

Tanpa sadar, Shera merasakan air matanya luruh kala ia tengah menyantap makanannya. Kejadian tadi sepulang sekolah mengiang jelas di kepalanya. Bagaimana Cakra menertawakannya, dan memberikan jaket dengan tatapan mengejek.

Shera sendiri tidak mengerti mengapa akhir-akhir ini ia merasa sangat sedih jika Cakra menganggunya. Biasanya ia hanya akan merespon cuek, bahkan membalas mengejek Cakra dengan santai. Tapi keadaan seolah berubah sekarang. Setiap kata ataupun perbuatan yang dilakukan Cakra berdampak besar padanya, ia menjadi jauh lebih sensitif dan perasa. Itulah sebabnya Shera jadi mudah menangis.

Dengan kasar Shera menyeka air matanya, berusaha menikmati santapan yang ada di depannya.

***

"Dasar bocah gembleng!"

"Edan! Sontoloyo!"

"Dasar Cakra jahat!"

Itulah reaksi yang ditunjukkan oleh Naufal, Ojip dan si polos Vino saat mereka mendengar cerita Cakra saat pulang sekolah tadi. Ketiganya tak habis pikir dengan perilaku Cakra yang sudah masuk dalam tahap keterlaluan itu.

"Beuh, kalo gue jadi Shera gue nggak bakalan mau ngomong lagi sama lo, serius!"

Ucapan Ojip langsung membuat Cakra ketar-ketir. "Jangan ngomong gitulah! Bahaya banget kalo dia nggak mau ngomong lagi sama gue," aku Cakra membuat senyum geli Naufal terbentuk.

"Cie, udah suka tuh sama Shera. Tembak gih tembak! Ntar ditikung lo yang nyesel!"

Cakra mendelik pada Naufal. "Gue nggak suka sama sipit!"

"Ah, Cakra bener, Fal! Kalo dia sayang suka Shera, nggak boleh ditembak, nanti Shera-nya berdarah terus masuk rumah sakit. 'Kan kasian ayahnya," tutur Vino tapi tak ditanggapi oleh Cakra.

Ojip menepuk pelan pundak Cakra. "Benar yang Naufal omongin. Kalo lo suka, perlakuin dia dengan baik. Jangan lo isengin terus bikin emosi dia mulu."

"Gue nggak suka sama Sipit! Berapa kali gue harus kasih tau?! Emang orang budek yang gitu," seloroh Cakra.

"Lo suka sama Shera, Cak. Tapi lo belum sadar sama perasaan lo sendiri." Ucapan Naufal membuat Cakra jadi makin bertambah kesal.

Beautiful ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang