Shera langsung duduk di kursi belajarnya saat ia baru saja selesai mengganti pakaiannya.
Ada banyak hal yang memenuhi kepalanya saat ini.
Tangan Shera bergerak mengambil bingkai foto yang sengaja ia letakkan diatas meja belajarnya.
Foto keluarga.
Difoto itu ada dirinya, ayah, dan juga mendiang ibunya. Mereka nampak begitu bahagia saat itu, saling menyayangi.
Dan sekarang semuanya sangat berbeda. Selepas kepergian ibunya, Shera baru tahu bagaimana rasanya berteman dengan sepi dan tak lagi mendapatkan kasih sayang dari seorang ibu.
Meskipun begitu Shera enggan untuk terkurung dengan kesedihan yang terlalu lama. Masih ada ayahnya yang menjadi sumber kebahagiaannya. Sudah tugas Shera untuk mempersembahkan semua kebahagiaan untuk ayahnya.
Shera menghembuskan napas pelan. "Shera kangen banget sama ibu.", gumam Shera sesekali mengusap kaca bingkai foto itu.
Air mata Shera perlahan turun. Ia tak pernah menyangka bahwa takdirnya akan seperti ini. Tidak, bukannya ia tak mau menerima keadaannya. Ia hanya begitu terkejut dengan semua yang telah terjadi.
Shera selalu memiliki mimpi bisa melihat kedua orang tuanya tersenyum bangga saat ia sudah menjadi seorang sarjana, memakai toga dan berfoto bersama kedua orang tuanya. Setelah itu ia akan memberikan sebuah rumah nyaman sesuai keinginan orang tuanya.
Bahkan, Shera sudah men- desain rumah impian keluarga mereka, diatas kertas gambar yang selalu menjadi salah satu teman setianya.
Sayang sekali, ibunya sudah lebih dulu pulang ke pangkuan Tuhan. Dan Shera yakin Tuhan jauh lebih sayang dengan ibunya. Karena sejatinya kasih sayang Tuhan itu adalah kasih sayang paling abadi, dan tak ada tandingannya, meski diadu dengan kasih sayang manusia yang bisa saja hilang karena maut sudah lebih dulu memanggil. Menyisakan tubuh kaku tak berdaya yang terkubur dalam tanah.
Shera sudah puas memandangi foto mendiang ibunya. Ia kembali meletakkan bingkai foto itu diatas meja belajar.
Tak lama berselang, perhatian Shera tertuju pada buku gambar yang sudah mulai lusuh. Tangannya kembali membuka lembar demi lembar kertas gambar itu.
Senyumnya mengembang saat ia melihat sketsa wajah seseorang yang ia buat saat ia duduk di bangku SMP. Sketsa itu kembali membawanya pada sebuah kenangan, ia Shera jamin tak akan ia lupa seumur hidupnya.
Alasannya?
Kenangan itu membawanya pada cinta pertamanya.
"Wah, sekolahnya keren!"
Seorang gadis bertubuh mungil dengan rambut hitam yang tergerai panjang menatap kagum sekolahnya yang baru. Sungguh ia tak menyangka ayahnya akan menyekolahkannya di sekolah sebagus ini.
Matanya memandang sekitarnya. Teman-teman satu sekolahnya nampak berasal dari keluarga orang berada. Pakaian serba baru, serta berangkat ke sekolah dengan kendaraan pribadi yang super mewah. Tapi tenang saja, ia tak merasa iri.
Gadis itu melangkah masuk ke sekolah barunya. Riang sekali rasanya bisa bersekolah dan belajar kembali di sekolah barunya. Lebih tepatnya, gadis itu tak sabar untuk belajar seni lagi. Siapa tahu pelajaran seni di sekolah barunya ini jauh lebih baik dan tentunya ilmunya tentang seni akan bertambah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Choice
Teen FictionPutus cinta saat masih duduk di bangku SMP nyatanya membuat Cakra berlaku seorang pemuda yang sangat menyebalkan. Tak ada hari bagi pemuda itu untuk tidak membuat kekacauan. Ada satu hal yang sangat senang Cakra lakukan selain berbuat onar. Ia senan...