35

439 21 12
                                    

Hari ini pun akhirnya telah tiba. Hari ulang tahun sekolah.

Usai sholat shubuh, Shera langsung bersiap-siap dan memakai baju sekolahnya. Menyiapkan sarapan dan membersihkan rumahnya.

Usai sarapan bersama sang ayah, Shera akan berangkat ke sekolah. "Ayah, nanti nonton Shera, yah."

Adi mengelus puncak kepala anaknya. "Iya. Pasti ayah akan tonton."

"Yaudah, Shera berangkat dulu. Kak Meisy sudah menunggu di sekolah. Assalamu 'alaikum."

"Wa'alaikumussalam. Hati-hati!"

Shera beranjak keluar dari rumah, dan ia terkejut mendapati Cakra sudah ada didepan rumahnya.

"Lo?"

"Nggak ada waktu lo buat nolak, kita harus buru-buru ke sekolah. Kak Meisy sama yang lain udah pada nunggu."

Shera melangkah cepat dan naik ke motor Cakra. Ah, naik motor itu lagi. Ia jadi teringat kecelakaan yang menimpa mereka beberapa waktu yang lalu.

"Pegangan, gue bakalan ngebut."

"Eh, mau lagi kecelakaan kayak waktu itu?! Nggak usah ngebut!" Shera berseru galak.

Cakra terkekeh pelan. "Iya, nggak bakalan ngebut. Tapi lo harus tetap pegangan."

"Iya, gue udah pegangan ini," ujar Shera.

Kening Cakra berkerut dalam. "Lo pegangan dimana sih, Pit?"

"Nih, bagian belakang motor."

Cakra meringis pelan. "Mau jatuh? Lebih baik lo pegangan di pundak gue, biar lo aman."

Mata Shera membulat. "Ah, nggak papa, kok."

"Cewek kok batu banget, sih?! Percaya sama gue. Pegangan aja di pundak gue, kali ini gue yang maksa lo. Gue nggak bakalan nuduh lo modus."

Okelah, sifat Cakra memang sangat menyebalkan. Sepertinya kapasitas kesabaran Shera harus segera dipertebal lagi.

Tangan Shera pun akhirnya mendarat tepat dikedua pundak Cakra. Sensasi menggila itu kembali menghujam Shera.

Pun dengan Cakra. Cowok itu merasakan darahnya berdesir kuat. Ssmakin lama interaksinya dengan Shera menghadirkan sensasi pada tubuhnya.

Sensasi yang benar-benar aneh.

Persis saat pertama kali jatuh cinta pada Tania, bahkan interaksi bersama Shera jauh lebih parah.

Apa ini artinya....

"Ah, nggak! Nggak mungkin!" Cakra berujar frustasi, Shera yang berada dibelakangnya tersentak kaget.

"Kenapa lo? Sakit?", tanya Shera heran.

"Nggak papa! Pegangan yang kuat, kita udah mau berangkat!"

Shera mengeratkan pegangannya pada pundak Cakra, dan hal itu membuat Cakra langsung mengomel. "Jangan keras-keras megangnya! Lo emangnya mau mijitin gue?!"

Beautiful ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang