15

511 18 2
                                    

Semua pasang mata tertuju pada Cakra, yang dengan langkah terburu-buru menuju ke kantin. Cowok itu berkeliaran dengan menggunakan baju kaos hitam, padahal jam sekolah masih berlangsung.

Dengan napas terengah-engah, Cakra menghampiri ibu kantin. "Bu!", panggil Cakra.

"Iya? Mau beli apa?"

Ini dia bagian tersulit yang harus Cakra lakukan. "Bu, saya mau beli pembalut." Walau Cakra mengucapkannya tanpa rasa takut, tapi percayalah jika Cakra merasa malu mengatakannya. Lihat saja para siswa itu sudah menertawainya.

"Oh iya, tunggu sebentar." Ibu kantin lalu mengambil barang yang niat Cakra beli.

Bagi Cakra, tak apalah jika hari ini ia harus merasa malu. Toh, ia tak melakukan dosa. Para siswa itu saja yang berlebihan. Apa mereka tidak pernah dimintai tolong kakak perempuan mereka membeli pembalut? Ataukah mereka yang tak pernah meminta tolong pada adik laki-laki mereka untuk dibelikan pembalut? Dasar lebay!

Secepat kilat Cakra mengambil pembalut yang sudah terbungkus kantong kresek hitam. Ia mengeluarkan selembar uang duapuluh ribuan.

"NAK, UANG KEMBALIANNYA!"

Teriakan ibu kantin tak dihiraukan Cakra. Cowok itu terus berlari. Baginya, yang terpenting sekarang adalah Shera.

***


"Sipit! Bukain pintunya!"

Cakra mengetuk pelan pintu toilet. Tak lama berselang kepala Shera menyembul dari balik pintu.

"Nih, pake!"

"Ini apa?", tanya Shera pelan.

"Ambil aja. Lo perlu ini."

Shera menerima kantong kresek hitam. Gadis itu melihat isinya. "Lo seriusan beliin gue ini?!", tanya Shera menatap tak percaya pada Cakra. Cakra mengangguk. "Iya, kenapa emangnya? Lo merasa terharu?"

Shera menatap Cakra dengan sorot teduh. "Makasih, yah. Hari ini lo udah bantu gue."

Cakra tertegun mendengar Shera mengucapkan terima kasih padanya. Dadanya serasa menghangat. "Iya, sama-sama."

Shera kembali menutup pintu. Diluar toilet Cakra menunggu dengan sabar. Seketika Cakra menepuk jidatnya. "Roknya 'kan kotor. Mana gue nggak bawa baju olahraga. Harus gue beliin rok baru, tuh!"

Secepat kilat Cakra melesat meninggalkan toilet menuju koperasi sekolah. Setibanya disana ia segera membeli rok baru untuk Shera.

Tak peduli tatapan kagum dari siswi lain ataupun tatapan aneh yang ia terima, Cakra tetap melanjutkan langkahnya.

Dengan napas terengah-engah, Cakra sudah berdiri tepat didepan pintu toilet. Cowok itu kembali menutup pintu.

"Pit, bukain pintunya! Gue bawa sesuatu buat lo," ujar Cakra.

Cklek

Pintu toilet kembali terbuka, dan lagi-lagi kepala Shera menyembul dari daun pintu. "Lo bawa apa?", tanya Shera pelan.

"Pake ini." Cakra menyodorkan kantong plastik berisi rok sekolah baru untuk Shera.

Shera menatap Cakra dengan pandangan tak enak. "Terima kasih, Cak. Maaf juga karena buat lo repot." Serius, Shera sungguh merasa bersalah pada Cakra. Berkali-kali cowok itu terus membantunya.

"Udah, pakai aja roknya." Cakra memberi instruksi. Shera menganggukkan kepala dan masuk kembali kedalam toilet.

Tak butuh waktu lama, Shera sudah keluar dengan mengenakan rok baru yang diberikan Cakra. Seragam sekolah Cakra yang tadinya melilit pinggangnya sudah ia lipat bersama roknya.

Beautiful ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang