Semua orang masih betah memandang satu sama lain, sebelum akhirnya pertanyaan Meisy membuat mereka memperhatikan kakak kelas mereka itu lagi.
"Ojip, Vino, Naufal, kemana Cakra?"
Ketiga cowok itu terkesiap.
"Mungkin sementara di jalan, kak. Dia bisa saja kena macet." Naufal memberi jawaban seaman mungkin. Jangan sampai setelah ini Meisy menginterogasi salah satu dari mereka bertiga. Apalagi Vino. Bisa terjadi kejadian yang tak diinginkan akibat kepolosan Vino.
Meisy hanya menganggukkan kepala. Walau ia tahu, Cakra itu sudah pasti kesiangan. Cakra itu adik kelas yang bebal dan juga sangat mengesalkan.
"Baik, karena Cakra belum datang, kita undi lagi namanya."
Anak eskul seni setuju. Nama anak eskul seni mulai diundi kembali. Hingga sebuah gulungan kertas kembali keluar.
Dengan senyum tipis Meisy mengambil gulungan kertas itu, sebenarnya ia juga sangat penasaran, siapa yang akan tampil setelah gulungan kertas itu dibuka.
Mata Meisy sedikit melebar, lalu senyum lebar nampak diwajahnya. "Yang akan menunjukkan bakatnya adalah Shera, anak eskul melukis!"
Shera terkejut saat namanya disebut. Semua mata tertuju padanya, yang hanya dibalas senyum kikuk oleh Shera.
Jujur, Shera sangat malu harus melukis didepan banyak orang seperti ini.Dengan tubuh sedikit gemetaran, Shera maju ke depan.
Setibanya di depan, Meisy memberikan sebuah kertas gambar, pensil, dan penghapus kepada Shera.
"Nah, Shera akan kita kasih tantangan buat melukis. Tapi, bukan melukis biasa. Shera akan ditantang melukis wajah dalam kurun waktu 15 menit. Jika gagal, Shera akan diberi hukuman. Dan, kalian bisa ngasih hukuman ke Shera."
Mata sipit milik Shera membulat, tapi tak lama berselang gadis itu malah terkekeh pelan karena hari ini ia akan dikerjai oleh teman satu eskul.
Baiklah, Shera akan lakukan tantangan itu.
"Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh! Spada! Everi badi hir?"
"Wa'alaikumussalam!", balas Shera terlampau pelan, yang tak lama diikuti balasan salam dari semua orang yang ada didalam ruangan.
Cakra hanya bisa nyengir, apalagi sekarang Meisy memelototinya. Habis sudah riwayatnya hari ini.
"Cakra, sini kamu!"
Dengan wajah tanpa dosa Cakra segera menghampiri Meisy. "Selalu saja terlambat! Pokoknya hari ini kamu harus dihukum!"
Cakra tergelak. "Dihukum? Baru juga telat 5 menitan doang!"
"5 menit kamu bilang? Ini sudah lebih 10 menit, Cakra! Tak ada bantahan kali ini. Kamu harus melaksanakan hukuman. Hukuman kamu adalah, kamu harus mau dilukis wajahnya oleh Shera."
"APA?!", teriak Cakra dan Shera bersamaan.
"Kenapa?", tanya Meisy enteng.
"Kak, masa' iya si sipit mau ngelukis wajah saya! Nggak mungkin bisa. Orang yang hobinya merem doang, susah melek kayak si sipit emang bisa ngeliat saya buat dilukis?", cibir Cakra. Shera hanya bisa mengucap sabar. Ini masih di ruangan eskul seni.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Choice
Teen FictionPutus cinta saat masih duduk di bangku SMP nyatanya membuat Cakra berlaku seorang pemuda yang sangat menyebalkan. Tak ada hari bagi pemuda itu untuk tidak membuat kekacauan. Ada satu hal yang sangat senang Cakra lakukan selain berbuat onar. Ia senan...