Tesa nampak tersenyum memandangi Cakra yang menyeka keringat diwajahnya.
Rasanya tak ingin Tesa mengalihkan pandangannya dari Cakra. Cakra sudah terlalu banyak menyita perhatian yang ia punya.
Dengan langkah penuh keyakinan, Tesa menghampiri Cakra yang nampak berbincang dengan teman-temannya.
"Hai, Cakra!", sapa Tesa dengan riang.
Cakra dan yang lainnya menoleh cepat ke arah gadis itu.
Cakra hanya memandang Tesa dengan perasaan campur aduk. Kata-kata Shera mengiang-ngiang kembali dalam kepalanya.
Cakra tak bisa melupakan fakta bahwa Tesa menyukainya.
Ah, bahkan sampai sekarang saja Cakra tidak tahu bagaimana perasaan Tesa. Belum ada bukti bahwa gadis yang sekarang tersenyum manis dihadapannya ini menyukainya.
Dan harapan Cakra, semoga Tesa tak menyukainya, karena Cakra hanya menyukai Shera.
"Kenapa?", tanya Cakra.
Senyum Tesa merekah. Ia lalu menyodorkan sebuah minuman botol ke arah Cakra. "Kamu 'kan abis olahraga, jadi aku bawain minuman buat kamu."
Tanpa memikirkan hal yang macam-macam, Cakra mengambil minuman pemberian Tesa dan meneguknya.
"Tesa, cuma Cakra nih yang dikasih? Kitanya nggak?", tanya Vino dengan wajah memerah sebab suhu udara yang panas habis berolahraga.
Tesa hanya mengusap tengkuknya dengan gestur tak enak. Nampak ia tak enak hati berlaku demikian.
"Udahlah, Tesa. Nggak papa. Vino cuma bercanda, dia bawa minuman, kok." Naufal berusaha membuat keadaan menjadi lebih baik.
"Tapi 'kan...."
"Vino..." Naufal memberi tatapan peringatan. "Ntar gue traktir, deh. Jangan berisik, yah." Vino merapatkan bibir.
Ojip menatap Tesa dengan lekat. Gadis itu nampak menyukai Cakra, bahkan sangat menyukainya.
Ojip tak menyalahkan Tesa jika ia menyukai Cakra. Hanya saja, Ojip hanya ingin menganalisa mengapa semuanya terasa begitu rumit dalam pandangannya.
Tesa menyukai Cakra, dan Cakra menyukai Shera. Cakra sudah mengatakan perasaannya pada Shera, dan Shera justru menolak Cakra.
Yang lebih mengejutkan lagi, Shera tak menjelaskan secara gamblang mengapa ia menolak Cakra, setidaknya itu yang Ojip tangkap dari pembicaraan dengan Cakra semalam. Shera juga memberitahu jika Tesa menyukai Cakra.
Ojip merasa ada yang aneh. Harusnya Shera menjelaskan bagaimana perasaannya pada Cakra lebih dulu, bukannya menginformasikan perasaan Tesa pada Cakra.
Dan Ojip rasa, ia harus bertemu Shera.
*****
"Shera!"
Shera mengerutkan kening ketika Ojip berjalan menghampirinya.
"Kenapa, Jip?", tanya Shera kembali.
"Gue mau ngomong sebentar sama lo. Bisa?"
Tanpa ragu, Shera menganggukkan kepala.
"Ikut gue, kita cari tempat lain."
Ojip berjalan lebih dulu, sedangkan Shera mengekor dibelakangnya.
Mereka akhirnya memutuskan untuk duduk di depan perpustakaan. Sekadar informasi, perpustakaan adalah salah satu lokasi yang jarang dikunjungi siswa. Jadi, Ojip pikir membicarakan hal yang sifatnya 'rahasia' memang cocok disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Choice
Teen FictionPutus cinta saat masih duduk di bangku SMP nyatanya membuat Cakra berlaku seorang pemuda yang sangat menyebalkan. Tak ada hari bagi pemuda itu untuk tidak membuat kekacauan. Ada satu hal yang sangat senang Cakra lakukan selain berbuat onar. Ia senan...