BRAK
"Maaf-maaf!"
Seorang gadis yang tak sengaja bertabrakan dengan Cakra segera membungkukkan badan, dan memunguti beberapa buku yang ia bawa sudah tercecer di lantai.
Cakra menatap sejenak gadis itu sebelum akhirnya cowok itu itu membantu si gadis memunguti buku bawaannya. "Maaf gue nggak senga....ja...."
Sungguh, Cakra rasanya tak bisa melanjutkan perkataannya. Terpaku pada keterkejutan dan juga terdiam dalam waktu cukup lama.
Cakra tak percaya dengan apa yang ia lihat. Sudah lama ia tak melihatnya, sudah lama tak pernah bersitatap lagi dengannya.
"Cakra...," lirih seorang gadis yang berdiri dengan wajah terkejut dihadapan Cakra.
Beberapa kali Cakra mengerjapkan matanya, memastikan gadis yang ada dihadapannya itu benar-benar nyata.
"Tania?"
"Iya. Ternyata kamu masih ingat sama aku. Aku senang banget. Gimana kabar kamu?", tanya Tania terus berjalan mendekati Cakra.
Cakra berdehem. "Baik. Kamu?"
Kepala gadis bernama Tania itu menunduk dalam. "Nggak begitu baik."
Cakra sedikit terkejut dengan ucapan Tania. Maksud gadis ini apa mengatakan hal demikian? Bukankah ia harus bahagia karena mendapat cinta yang baru?
"Kenapa gitu? Harusnya kamu senang karena pacaran sama bang Gio," balas Cakra santai. Ia tak sadar, jika ucapannya itu membuat Tania makin merasa bersalah dan mengingat kejadian dimasa lalu.
"Aku putus sama kak Gio, sejak seminggu hubungan kami," ungkap Tania, yang diam-diam menghadirkan rasa simpati dan juga iba dihati Cakra.
Sayangnya, ia tak bisa menunjukkannya. Urusan Tania maupun Gio bukan lagi ranahnya, ia hanyalah orang luar. Tak ada hak baginya untuk turut campur dari masalah kedua orang ini.
Keduanya memilih diam. Apalagi Cakra. Ia tak tahu ucapan seperti apa yang seharusnya ia lontarkan.
Dan Tania, begitu banyak hal yang ingin ia tanyakan, dan begitu banyak hal yang ingin sekali ia jelaskan.
Salah satu pertanyaan besar yang ingin sekali Tania pertanyakan adalah, apakah rasa yang dimiliki Cakra untuknya masih ada dan tetap sama? Apakah cowok itu butuh penjelasan atas segala perbuatannya yang jelas menyakiti perasaan Cakra?
Ucapannya itu tak berhasil terucapkan, hanya tertahan diujung lidah.
Tak jauh dari tempat Cakra dan Tania berdiri, Shera rupanya sudah memperhatikan keduanya sejak tadi. Kerutan didahinya tercetak jelas, bersamaan dengan rasa bingung yang menyergapnya.
Tania, masa lalu Cakra, kenapa dia bisa ada di sekolah yang sama dengan mereka? Shera jadi bertanya-tanya, apa yang sebenarnya sudah terjadi? Ia harap, Cakra dan Tania bisa menyelesaikan masalah mereka yang belum tuntas.
"Shera!"
Mata Shera membulat kaget saat tepukan mendarat dibahunya.
Tesa si pelaku yang membuatnya begitu terkejut. Gadis itu bahkan tersenyum lebar saat ia berdiri tepat dihadapan Shera.
"Eh, Tesa," ujar Shera dengan senyum tipis.
"Kamu ngapain disini?", tanya Tesa pada Shera.
"Oh, tadi aku habis kembaliin buku ke perpustakaan. Kamu sendiri, mau kemana?", tanya Shera menatap Tesa dengan alis menukik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Choice
Roman pour AdolescentsPutus cinta saat masih duduk di bangku SMP nyatanya membuat Cakra berlaku seorang pemuda yang sangat menyebalkan. Tak ada hari bagi pemuda itu untuk tidak membuat kekacauan. Ada satu hal yang sangat senang Cakra lakukan selain berbuat onar. Ia senan...