cinta tersampaikan ❤

8K 443 2
                                    

Aku tidak menyangka Gus Al sudah jauh-jauh hari  merencanakan ini sebelum aku pergi ke Kairo. Gus al telah mentaaruf aku melalui umiku.

Hampir saja aku merasa lelah dengan cinta dalam diam yang membuatku hampir berburuk sangka kepada sang pencipta 'maafkan aku tuhan', memang rencana Tuhan lebih indah.

pertama hati ku sudah rapuh karena mendengar pernyataan orang tua Gus Al  karena sudah di jodohkan, ke-dua ia berfoto Selfi dengan Mbak Melinda yang kusangka istrinya dan ke-tiga memeluk Mbak Melinda saat dia sakit, adegan ini yang paling meyakinkan bahwa mbak Melinda adalah istrinya. hufftt penderita seperti tak berujung.

Tapi Alhamdulillah cinta dalam diam ku tersampaikan, tak sia-sia aku memendam rasa ini meski awalnya sakit.

Setelah-nya kita tiba di Indonesia. Gus al beserta keluarga mempersiapkan pernikahan yang sederhana.

Tepat hari Jum'at Gus al  mempersunting ku dengan mahar surat ar-rahman dan an-nisa, entahlah mengapa aku memilih dua surat itu, tapi setelah semua akad sudah selesai sekarang aku resmi menjadi istri sah Gus al.

"Alhamdulillah,adek sekarang sah milik ku"
Hah, hati mulai berdegup kencang tak normal saat Gus Al berbicara seperti itu, apalagi di panggil sebutan adek, rasanya jantungku ingin copot dari tempatnya.

"Iyah Gus" menyalami suami ku dengan takzim.

Tak ingin pernikahan di mewah-mewahkan. Suamiku memilih konsep islami, dengan diriku di balut kain warna putih yang di model secantik mungkin dengan hiasan motif cantik yang berenda beserta niqob. Sedangkan Gus al memakai jas putih panjang dengan Soko yg cantik.

"Subhanallah, cantik sekali bidadari dari mana ini?" Gombalan dia membisikkan di telingaku yang sudah berhasil membuatku malu, entah sejak kapan ia bisa merayu perempuan sepintar ini, mungkin dari dulu atau aku yang tidak tau kalau dia suka merayu.

"Gus, gombal" saut ku dengan tersipu malu, tak berani aku keluarkan sepatah kata sebelum dia memulai pembicaraan.

"Enggak beneran,cantik mah, eh dek jangan panggil aku Gus lah, masak sudah jadi suami masih panggil Gus. Lalu kalau kita punya anak masak aku di panggil Gus " katanya dengan terkekeh mendengar pembicaraan nya sendiri.

"Enggeh, pingine di panggil nopo toh?" Aku bertanya agar tidak salah kaprah,

"Nggeh di panggil sayang" gombalanya keluar kembali, aku tersipu malu lagi dengan sikapnya. mungkin aku malu karena sudah lama memendam rindu atau?, entalah aku tak bisa berbicara soal perasaan.

Mungkin sama-sama malu, aku dan mas al masih pisah ranjang. Mas al tidur di sofa dan aku tidur di ranjang.

Sebenarnya aku yang mau tidur di sofa tapi tangan ku di tarik oleh mas al, eh sejak kapan aku panggil dia dengan sebutan mas al?, hemm kapan?, entalah lupakan itu,  itu sudah keinginan ku memanggil dia mas Al dan kewajiban istri memanggil sebutan pasangan dengan romantis dan baik.

"Mau kemana dek?" katanya yang memegang tangan ku saat aku mengambil bantal dan selimut ingin menuju sofa.

"Tidur di sofa mas, maaf Salamah masih malu" kataku dengan menunduk dan menjauh dari ranjang yang di dudukinya.

"Oh, mas mengerti dek, kalau gitu adek tidur di sini saja biar mas yang tidur di sofa"

"T-tapi mas" bicara ku gugup dengan menggigit bibir bawahku,

"Tak usah tapi-tapian. masak wanita tidur di sofa, nggak pantes dek, lagian nanti apa kata umi saat melihat kelopak matamu yang cantik menjadi hitam karena tidak bisa tidur gara-gara tidur di sofa" cerocos-nya yang tak henti. Tapi hati ku lebih tenang dan bangga mempunyai suami seperti dia. memang sih dia raja gombal tapi dengan tingkah dia membuat hati ku melayang meski sepatah kata.

Dua Hati GUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang