"Bagaimana dok keadaan anak saya?" Cerca umiku ke pada ibu dokter."Kondisi ibu salamah setres. Bisa mengakibatkan keguguran terhadap janinnya. Saya tolong buk Salamah jangan biarkan berpikiran terlalu kritis yang dapat membuat nya setres" penjelasan panjang lebar di berikan Bu dokter.
Malang nasib istriku. Aku tau dia sedang memikirkan aku dan keluarga kita. Nangis meronta, mata sembab dan badan acak-acakan yang kulihat jelas.
"Saya beri resep ini, dan buatlah Bu salamah bahagia" pesan terkahir dokter dengan memberikan selembar kertas putih yang di tulis huruf latin miring khas tulisan tangan dokter.
"Baik dok. Terimakasih sudah membantu kami" ucap umiku dengan melihat kertas putih dan mengantarkan dokter ke depan.
Saat ini masuk kamar Salamah. Umi melihat ku yang sedang duduk di samping salamah dengan keadaan jongkok.
"Kenapa kau disini?, Sana pergi urus istri kedua mu itu?" Ucap umi penuh dengan amarah.
"Maaf kan Al umi, Al hilaff" duduk bersimpuh di lutut umi sambil menangis menahan beban hidup.
"Al janji akan bahagiain Salamah sama dengan bahagiain Maryam" lanjut ku dengan mengucapkan janji itu di depan umi.
"Umi pegang janjimu Al. Jika setetes air mata Salamah jatuh karena mu. Umi akan ambil salamah dari kehidupan mu"
Hati umi mulai luluh, sebenci-bencinya orang tua akan memaafkan anaknya meski itu beribu-ribu Dosa dan kebencian.
"Iyh umi Al janji"
"Sekarang urus Maryam, dia juga istri mu biar Salamah umi yang urus" suruh umi.
"Tapi mi..."
"Urus Maryam dia pasti butuh sesuatu" ucap umi mulai lemah lembut meski ada nada culas sedikit.
"Iya umi. Maaf kan Al ya mi"
Umi hanya tersenyum dan aku mulai melenggang dari kamar salamah.
Salamah POV
Sedikit demi sedikit mata ku memperlihatkan bola mata hitam dengan sembab.
"U....mmmii" panggil ku dengar suara lesu.
"Iyh. Ada apa sayang" tanya umi yang baru saja masuk dari kamar ku.
"Mas al benar.. hufftt" dengan rintihan air mata dan barat yang sangat berat ku keluarkan umi mengerti itu semua.
Umi hanya mengangguk dengan lusuh. Air mata jatuh setetes di tangan ku.
"Hufftt" nafas berat ku keluarkan dengan berbalik badan memunggungi umi. Bukannya nggak sopan. Tapi aku menahan air mata ini agar tidak menetes di pipi.
"Sabar ya nduk. Maaf kan anak umi hikkhikkhikk" permintaan maaf umi terucap. Kenapa bukan Maryam yang di posisi ini. Mengapa harus aku?.
"Hemm~" aku berbalik.
"Ndak papa umi. Salamah Udah maaf kan. Salamah iklas"fake smile lagi yang ku keluarkan.
Entahlah beberapa hari aku selalu mengeluarkan senyum ini. Senyuman yang bikin hati Runtuh. Senyuman yang bikin hati remuk.
"Udah umi jangan menangis ya. Salamah udah maafin mas al Salamah juga minta maaf kalau pas Salamah marah bikin sakit hati. Maaf ya mi" ucap ku dengan mengelus tangan dan menciumnya.
"Iya iya umi udah maafin. Surga menanti mu sayang" dengan tergugu umi masih saja mendoakan ku.
"Mana mas al sama Maryam umi" hanya ku dengan menutupi semua kesedihan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Hati GUS
SpiritualitéKeegoisan yang terdapat pada diri seorang Gus yang tidak bisa memilih antara istri pertama dan kedua. Menurutnya ia adil tapi yang dirasakan oleh istri pertama malah sebaliknya. Selamat membaca ❤️ Cerita ini hanya fiktif/hayalan dan benar - benar t...