Aku sampai di tempat kecelakaan di hari yang sudah pagi. hati dari semalam di selimuti gunda gulana. Sedih? Pasti sangat mendalam, dimana suamiku yang baru satu bulan sudah pergi meninggalkan ku.
Segera aku mencari posko informasi untuk melihat nama orang yang masih belum di temukan. Aku baca tabel dari atas ke bawah sampai netraku berhenti di nomor 22 dengan nama 'wisnu abraham', seperti busur panah yang melesat , hatiku sangat sedih menerima kenyataan ini.
Aku sudah di atas tanah dimana tragedi perginya mas Wisnu untuk selamanya. Sudah tampak banyak tim SAR dan relawan mencari korban kecelakaan ini. Tak terasa air mataku sudah deras membanjiri pipi.
"Bunda-a " ibran yang mulai merengek saat melihat beberapa orang menggotong mayat yang sudah terbungkus.
"Sabar ya nak, papa pasti baik-baik saja" aku menguatkan ibran, dia sangat mengerti keadaan ini. Dia yang masih belia harus di tinggalkan mamanya saat umur satu tahun dan sekarang harus ditinggal papanya, aku tau gimana sedihnya ibran.
"papa masih hidupkan?" Ibran menyerka air matanya agar tak terlihat menangis lagi, dia balita yang sangat kuat, tak mau memperlihatkan tangisannya agar orang di sekito tidak merasakan yang dia rasakan.
"Bunda jangan nangis" dia menyerka air mataku.
Hati sudah tidak Kuwat merasakan kenyataan ini. Ku berikan ibran ke Rara dan aku terjun sendiri mencari keberadaan mas wisnu, bang Radit mengejar ku. Aku tidak perduli mayat siap yang ada di hadapanku, kulihat satu persatu mayat, hasilnya nihil tidak ada mayat mas Wisnu di sana.
"Mas Wisnu hikshiks, dimana kamu mas" bang Radit menghalauku agar aku tidak seperti ini"Usstt mah jangan seperti ini. Wisnu pasti baik-baik saja"
"Bang Radit nggak tau kan rasanya ditinggal sama orang yang disayang, bang Radit nggak pernah kan hikshiks" aku membentaknya.
"Tapi mah" bang Radit terus menghalangi ku.
"Bang Radit diam, salamah yang akan mencarinya sendiri. Baru kemaren salamah dapat kebahagiaan dan sekarang hilang dan tak akan kembali hiks hiks" badanku lemas dan lirih diatas tanah.
Sampai akhirnya tim SAR menemukan mayat satu lagi, tak perduli dengan keamanan disitu aku membuka paksa dan melihat siapa mayat itu dan bum, hatiku hancur melihat ini.
"Mas wisnu-u hikshiks" sejenak aku mamatung tak percaya dengan kebenaran ini. Aku memeluk erat mayat mas wisnu yang masih utuh dengan jas yang ku pilihkan kemaren.
"Mass, mas bangun hikhiks" aku menepuk-nepuk pipinya berharap dia akan kembali hidup.
"Mass bangun, ini Salamah mas, mas janji kan nggak ninggalin salamah hikshikshiks"
"Mas ingin dipeluk salamah kan. Ini salamah peluk mas, mas bangun" aku memeluk erat tubuh mas Wisnu yang kotor karena lumpur.
"Mass Wisnu bangun, mas rindu ibran kan, itu ibran mas , robot-robotanya masih dibawa ibran" seperti orang tidak waras aku berbicara dengan mayat suamiku.
"Sayang sini! ini papa, ini papa masih hidup, papa rindu kamu sayang " aku melambaikan tangan, ibran yang datang langsung memeluk tubuh papanya.
"Papa-a hikshiks" ibran histeris melihat papanya.
"Papa angun hiks, papa janji bakal balik kan , papa nggak mau lihat bunda sedih kan, papa bangun hikshikshiks" ibran meronta menangis memeluk, tak perduli lumpur yang yang berada di bajunya.
"Ini lobot papa iblan bawa, papa bangun ya, ayo mainan lobot-lobot tan" dengan senyum getir ibran mengobrol.
Aku yang melihat adegan itu hanya bisa menangis dan terus memeluk tubuh mas Wisnu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Hati GUS
EspiritualKeegoisan yang terdapat pada diri seorang Gus yang tidak bisa memilih antara istri pertama dan kedua. Menurutnya ia adil tapi yang dirasakan oleh istri pertama malah sebaliknya. Selamat membaca ❤️ Cerita ini hanya fiktif/hayalan dan benar - benar t...