Selesai membuatkan bubur dan di makan habis oleh mas al tanpa tersisa .
"Buburnya sudah habis, sekarang mas minum obat dulu ya" dengan menaruh mangkok yang bersih tak tersisa."Enggk mau, pahi-iitt"ucapnya dengan bergidik tidak mau untuk merasakan obat masuk di mulutnya,
"Kalau nggak minum obat kapan sembuh nya?nanti tambah sakit lo mas"aku mencoba merayu.
"Enggk mau pahit dek"ucapnya sok imut seperti anak kecil yang takut dengan sesuatu dihadapanya.
"Mas al, janji deh kalau habis minum obat Salamah manjain mas al" kataku merayu dan di balas senyuman,
"Janji" dia menyodorkan kelingkingnya.
"Janji mas" menautkan kelingking ku ke tangannya.
Obat sudah diminum sekarang seperti perjanjian awal, aku harus memanjakan mas al yang sedang sakit ini, meski radak canggung tapi bismillah demi suami sendiri.
"Nah gini dong mau minum obat, masak kalah sama anak kecil kalau minim obat girang."kata ku membandingkan dengan ponakan ku saat sedang sakit.
"Kan obat anak kecil manis, lah obat aku rasanya pahit dek" ucapnya yang agak lusuh dengan wajah cemberut.
"Iya deh, Udah sekarang mas tidur ya. Salamah bantu umi dulu ya" aku menarik selimut untuk menutupi tubuh mas al, tapi langkah ku terhenti saat mas al mengeluarkan suara manjanya,
"Dekkkk! Sini saja katanya tadi mau manjain aku"ucapan manja bikin aku gemes dengan tingkahnya, persis seperti anak kecil.
"Ya Allah mas, kasihan umi sendiri di bawah. Abi juga udah berangkat ke ponpes."bujuk ku agar mas al mengerti.
"Adeeekkkkk" ucapnya dengan manja di lengan ku,
"Astagfirullah, suamiku ini manjanya, hih gemes akunya tuh"kataku dengan mencubit pipi nya yang tembem.
"Ihhhhh sakit tau"ucapnya dengan mencucu 1 meter. Yatuhan persis anak umur 2 tahun yang di gangguin.
"Udah ah, kalau gitu ayo kebawah nemenin umi, kasihan umi" kataku dengan mengelus rambut yang ada di lengan ku
"Ya udah ayo" dia setuju dengan negosiasi ku. Akhirnya kita turun.
Tangga demi tangga sudah kami turuni. Sekarang aku dan mas al duduk di depan tv dengan umi.
"Assalamu'alaikum umi" kami mengucapkan salam.
"Wallaikumsalam, loh tole kok nempel mulu,"kata umi keheranan melihat Tingkah laku anak lakinya itu,
"Biasah mi sakit, maunya di manja Mulu"saut ku dengan mengelus rambut kepalanya yang tidur di pangkuan ku.
"Ihhh kamu ini dek, senang ya kalau lihat suaminya di ketawain umi"mecucu bikin gemes.
"Hehehe, maaf sayang"
Mas al pun bercanda ria dengan ku sampai umi memberhentikan becanda kita."Le kapan toh umine Iki di damelake cucu, wes pingin di celuk Mbah Putri Iki"mas al hanya bisa tersenyum mendengar permintaan uminya.
"Nggeh tanya teng mantu njenengan mi. kapan ndamel e, hehehe" kekehan mas Al bikin pipiku merah merona, apalagi mendengar jawaban nya hufftt bikin jantung copot saja.
"Kapan toh ndok?" tanya umi melirik ke arah ku. Aku hanya tertunduk malu dengan pertanyaan itu.
"Secepatnya umi" jawab ku singkat dan bikin mas al, suami ku melotot mendengar jawaban ku.
"Yang bener dek" dia bertanya antusias.
"Hmmm, dijawab saja mas biar umi nggak kecewa"alibiku kubisikan ke telinga mas al.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Hati GUS
SpiritualitéKeegoisan yang terdapat pada diri seorang Gus yang tidak bisa memilih antara istri pertama dan kedua. Menurutnya ia adil tapi yang dirasakan oleh istri pertama malah sebaliknya. Selamat membaca ❤️ Cerita ini hanya fiktif/hayalan dan benar - benar t...