"Percayalah skenario tuhan lebih indah, meski dimulai dari kehancuran"
****
Salamah POV
Pagi indah Tak seindah hati ku, hari kemaren seperti hari terkahir hidup, semangat untuk hilang seketika saat mendapat kabar mengejutkan itu. Ibu mana tak merasa kebingungan saat bayinya sudah tiada.
Ruang ini, ruangan yang di penuhi bau obat dan infus di tangan kananku, aku merenung seperti orang linglung.
"Assalamualaikum, selamat pagi nona Salamah" sapa dokter Yuli dengan membawa jarum suntik.
Aku hanya diam, tak menjawab salam, tersenyum saja enggan. Entahlah tragedi itu mungkin telah merubah ku menjadi devil.
"Ada keluhan nona?"
"Hem" aku hanya menggeleng.
"Baiklah, keadaan nona sudah membaik , jangan lupa sarapan dan di minum obatnya"
Aku hanya diam mengangguk dengan tatapan kosong
"Saya pergi, assalamualaikum"
Diam, diam dan diam itu lah keadaan ku sekarang, ingin berbicara tapi enggan membuka mulut. Mulut seperti kalu dan di kunci rapat.
"Assalamualaikum sayang" sapa umiku dengan mertua ku
Aku hanya diam, tak peduli itu siapa yang berbicara aku hanya diam seperti menatap satu benda yang menarik untuk di pandang.
"Sabar ya nak, mungkin ini udah takdir" umi ku duduk di banker dengan mengelus punggungku
"Umi minta maaf ya, Al memang ceroboh" rasa bersalah mertua ku.
Tak lama mas alawy datang membawakan makanan dan bubur untuk sarapan.
"Assalamualaikum"
"Wallaikumsalam"
Yang menjawab cuma umiku dan mertuaku. Bisa di tebak aku hanya diam seperti tadi.
"Mah ini bubur di makan ya"
Aku hanya diam tak berbica, tak menoleh, bahkan senyum satu centi pun tidak.
"Mas suapin ya"
Saat satu sendok bubur di depan mulut ku , aku hanya diam tak ingin ku buka mulut ini
"Ayo di makan mah, nanti sakit lagi Lo" bujuk mas alawy. Aku hanya diam
"Ayo di makan ma, seenggaknya kamu makan karena aku, GK kasihan lihat aku seperti ini?"
Prakkkk
Bisa di tebak kan?, Ya itu suara sendok beserta piring bubur.
"Hikksss, hiksss"
"Buat apa hah, Salamah GK perlu ini" obat yang tadinya menumpuk ku tumpahkan sak ku buang ke segala arah.
" Hahahah Salamah GK perlu hahaha, aku benci kamu, pergi kamu, kamu, pembunuh" kataku seperti orang kesetanan dengan menunjuk mas alawy. Astaghfirullah maafkan hamba Tuhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Hati GUS
SpiritualitéKeegoisan yang terdapat pada diri seorang Gus yang tidak bisa memilih antara istri pertama dan kedua. Menurutnya ia adil tapi yang dirasakan oleh istri pertama malah sebaliknya. Selamat membaca ❤️ Cerita ini hanya fiktif/hayalan dan benar - benar t...