Seperti janji mas Wisnu kemaren, sekarang keluarga ku dan Rara pergi ke mall untuk sekedar jalan-jalan dan cuci-cuci mata.
"Mbak ayo berangkat" ajak Rara yang sudah di dalam mobilnya.
"Bentar, ini loh mas Wisnu ambil kunci mobil" sautku tak lama mas Wisnu keluar membawa kunci mobilnya.
"Yups, ayok berangkat" kata mas Wisnu antusias.
"Bun, iblan ikut mobil Kesya ya" mohon ibran yang menggandeng tanganku.
"Nanti Kesya kamu gangguin lagi" jawabku sedikit tak setuju.
"Nggak Bun", ibran merengek.
"Udahlah yang gapapa, toh kita kan bisa berduan, hehehe"
'mencari kesempatan ini mah'
"Kenapa mbak ibranya?" Tanya Rara bingung karena ibran sedang merengek.
"Mau ikut mobilmu Ra, mau sama Kesya katanya" jawabku sedikit berteriak.
"Yaudah mbak suruh masuk kebelakang aja"
"Tapi Ra..."
"Gapapa mbak, ayo ibran masuk. Di belakang ada Kesya" Rara menyuruh ibran masuk. Dengan senang ibran berlarian masuk ke mobil Rara.
"Ayo masuk kita berangkat" mas Wisnu membukakan pintu mobilnya.
"Silahkan masuk tuan putri" seperti menyambut tuan putri dari kerajaan terkenal, mas Wisnu membuat ku malu.
"Makasih" aku berterimakasih dan menganggukan kepala. Mas Wisnu putar dari depan dan masuk kebangki pengemudi.
Kitapun jalan membelah kota Bandung. Memang pernikahan ku di kota lahirku, tapi 5 hari sesudah ijab kabul mas Wisnu memboyongku kebandung lagi.
Kita saling diam di mobil, tidak ada topik pembicaraan yang menarik untuk dibicarakan. Mas Wisnu menyalakan radio di mobil. Pas sekali radio itu mengeluarkan sholawat yang aku sukai. 'Ya habibal qolby' .
Ya habibal qalbi ya khoirol baroyah
Yalijitta bil haqqi rosulalhidayah .....
..................Intajid ya toha binnuril hidayah
Ya Rosulallah Ya Rasulallah
Ji’ta bidinillah ji’ kullal baroyah
Yahabiballah Ya Habiballah
Ya Ya Ya Ya Basyirol khoir
Ya Rosulallah.
Aku menikmatinya. Sampai akhirnya aku bergumam nama yang tak disukai mas Wisnu. Memang aku ingat betul lagu ini. Lagu yang selalu di nyanyikan mas Al.
"Mas Al" tak sadar aku memanggil namanya.
Tiba-tiba radio mati. Saat aku lirik mas Wisnu di sampingku. Terlihat wajahnya yang merah padam menandakan dia lagi emosi. Aku diam ,dan menyesali suara yang keluar dari mulutku tadi.
"Mas..." Ragu-ragu aku memanggilnya.
"Hm"
Fiks mas Wisnu marah kepadaku. Aku memegang bahunya dan disingkirkanya.
"Maaf" aku mengetahui kesalahanku. Aku meminta maaf tapi mas Wisnu tetap diam.
"Bukan maksud ku..." Belom selesai aku berbicara.mas Wisnu menyautiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Hati GUS
EspiritualKeegoisan yang terdapat pada diri seorang Gus yang tidak bisa memilih antara istri pertama dan kedua. Menurutnya ia adil tapi yang dirasakan oleh istri pertama malah sebaliknya. Selamat membaca ❤️ Cerita ini hanya fiktif/hayalan dan benar - benar t...