Terlalu banyak air mata sudah turun dipipi
****
Sepulang dari mall dan sehari sebelum mas Wisnu pergi ke Belanda dia merasa berbeda, dia semakin lembut dan manja kepadaku. Seperti hari ini. Aku membantu di packing baju dan perlengkapan untuk di Belanda.
"Mas mau bawa baju yang mana? Warna putih atau biru ini?" Dengan menenteng dua baju di depan almari.
" Terserah yang" mas Wisnu acuh, seperti dia tidak ingin pergi ke Belanda untuk mengerjakan tugasnya.
"Mah..." Mas Wisnu menghampiriku dan memelukku dengan erat.
"Iya mas?" Aku tetap memilihkan baju untuknya besok.
"Berhentilah sejenak" mas Wisnu menghentikan pergerakan tanganku dan membalikkan tubuhku,
Grbbb
Aku Inging melepaskannya karena aku hampir sesak nafas.
"Mas-s""Biarkan seperti ini sebentar mah, aku ingin memelukmu hari ini saja" mas Wisnu mencium setiap sudut wajahku dan rambutku. Dia merasa tenang, aku mencoba mengerti dan ku pasrah dengan pelukan ini.
"Maksud mas" aku bertanya, karena aku tidak mengerti arah pembicaraannya.
"Heuumm, aku harap bau vanila ini tetap kucium meski kita harus terpisah" kita menikmati pelukan ini.
Sudah lama kita tetap diposisi ini, sampai jam dinding rumah berbunyi menunjukkan sudah jam tengah malam.
"Mas sudah, ayo tidur dulu, biar besok nggak kecapean" aku melerai pelukan hangat itu. Dia mengangguk dan menuju ranjang.
"Mah, aku rindu ibran. ibran tidur disini dengan kita ya" tidak seperti biasanya sikap mas Wisnu, sikapnya aneh, padahal tadi sore sudah bermain dengan ibran tapi sekarang bilang rindu, sangat aneh.
"Iya mas, biar aku ambil dulu ya ibran mas" dia mengangguk, aku keluar mengambil ibran dikamarnya yang sudah terlelap dalam malam ini.
Aku kembali membawa ibran di gendonganku, melihat mas Wisnu yang sibuk menulis di sebuah kertas dan aku masuk cepat-cepat mas Wisnu menyimpan kertas itu di nakas.
"Mas" dibalas dengan senyuman manis yang sudah beraura berbeda.
"Sini, aku bantu" dia menggambil ibran digendong sampe ranjang dan ditidurkan di antara kita. Ia terlihat sangat rindu dengan ibran. Kutatap sendu kelopak mata, seperti akan membawa kebencian tiada Tara.
"Mas, udah ayo tidur. Besok malah GK bisa bangun" aku menatap sambil menenangkan ibran dalam tidurnya.
"Iya ma, aku masih rindu ibran" terlihat sekali dari netranya kalau dia benar-benar rindu. setiap hari kan bisa ketemu, tapi kok rindu?, Kejadian aneh lagi.
"Besok kan masih ada waktu mas..." Belum sempat menyelesaikan pembicaraan mas Wisnu sudah memelukku dengan rasa kerinduan dan tangisan kecil.
"Mas kenapa kayak gini? Coba cerita sama salamah" aku berusaha menenangkannya.
"Enggak yang, pengen aja seperti ini" tetap saja jawaban dari mas Wisnu.
"Mah, maafin aku kalau ada salah, dan tolong jaga ibran ya saat aku pergi". Aneh lagi, kenapa sikap mas Wisnu seperti ini?.
"Iya mas, mas jangan lama-lama ya di Belanda-nya, ayok sekarang tidur" aku mengajaknya tidur sudah beberapa kali aku mengajaknya tidur tapi jawabanya tetap memeluk dan berbicara nglantur.
"Iya, tapi peluk ya" jawab nya dengan sedikit rengekan seperti ibran.
"Iya, sini pelukan sama ibran juga" kita saling berpelukan untuk sebuah kenangan, karena esok mas Wisnu sudah di bandara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Hati GUS
SpiritualKeegoisan yang terdapat pada diri seorang Gus yang tidak bisa memilih antara istri pertama dan kedua. Menurutnya ia adil tapi yang dirasakan oleh istri pertama malah sebaliknya. Selamat membaca ❤️ Cerita ini hanya fiktif/hayalan dan benar - benar t...