Berikan sedikit kebahagiaan tanpa melibatkan luka lama
****
Wisnu POV
Saat pertama kali aku melihat sorot mata indahmu membuat rasa nyaman saat memandangnya. Entahlah aku selalu luluh saat melihat dirinya berinteraksi dengan anakku, ibran.
"Nak bangun sudah pagi, ayo jalan-jalan sama papa" membangunkan anakku ini memang sulit harus sedikit bersabar.
Ya, beberapa bulan lalu aku ditinggalkan istriku, mama dari ibran saat perusahaanku hampir gulung tikar akibat tender-tender besar di kalahkan oleh perusahaan suryapermata. Entahlah dia pergi kemana dan Sekarang mungkin sudah menikah.
Aku prihatin dengan anakku, beberapa bulan murung dan terus memanggil mamanya. Pada akhirnya ku ajak dia bermain di taman bertemulah seorang dengan jilbab besar dan cadar di wajahnya. Entah mengapa aku percaya kalau dia orang baik. Tapi Alhamdulillah dia orang baik dan sayang sekali dengan anakku.
"Bunda ikut pa?" Tanyanya dengan setengah sadar dan merengek.
"Bundakan harus masak buat makan ibran, nanti kalau pulang jalan-jalan biar ibran bisa makan" penjelasan ku dengan sabar, dia tetap murung.
"Kenapa kok murung sih?"
"Habisnya bunda Ndak ikut, iblan kan mau jalan-jalan sama bunda" Jawabnya sedikit merengek.
"Bundaaaa" dia mulai merengek dan menangis.
Tiba-tiba ada seseorang yang masuk dan membawakan segelas susu.
"Iya ada apa sayang?" Dia mulai menenangkannya.
Sungguh dia sangat sabar dan sayang dengan anakku. Padahal baru kenal beberapa Minggu lalu. Kau sangat hebat mah bisa meluluhkan anak ku.
"Bunda ikut jalan-jalan sama iblan sama papa ya" katanya sedikit sesegukan.
Aku lihat Salamah dia gelisah seperti memikirkan jawaban dari soal ibran.
"Tenang mah, saya tidak macam-macam cuma menemani ibran jalan-jalan saja" kataku menepis rasa khawatirnya.
Dia mengangguk dan menyetujui permintaan ibran.
"Makasih bunda,"
Cup
"Sayang bunda"
Ibran sangat akrab dan seolah-olah Salamah adalah ibunya, ia mendapatkan kasih sayang penuh seperti ibunya.
"Iya"dia menjawab dengan lembut
"Yasudah sekarang ibran siap-siap,papa tunggu di ruang tamu ya."
Aku diruang tamu berkutat dengan smartphone ku. Saat aku mendengar percakapan ibran dan Salamah, aku berhenti dan menyimaknya. Sangat terlihat ketelatenan Salamah saat menjawab pertanyaan ibran yang ingin tau tentang hal yang di lihatnya.
"Udah sekarang ayo turun kita jalan-jalan biar sehat"
"Ayo bunda" jawab ibran dengan semangat.
Mereka sudah menampakkan dirinya, kusambut kedatangannya dengan senyuman.
"Hei anak papa udah wangi" memeluk sambil mencium bau harum di tubuhnya.
"Iya dong, ayuk belangkat pa, nanti panas kasihan bunda" katanya sangat gemas dan terlalu perhatian dengan Salamah.
"Hem cuma kasian sama bunda, sama papa nggak nih" aku menampakkan wajah cemberut dan rasa cemburu.
"Iya sama papa juga, Ayuk belangkat" jawabnya dengan menole pipiku agar aku tidak marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Hati GUS
SpiritualKeegoisan yang terdapat pada diri seorang Gus yang tidak bisa memilih antara istri pertama dan kedua. Menurutnya ia adil tapi yang dirasakan oleh istri pertama malah sebaliknya. Selamat membaca ❤️ Cerita ini hanya fiktif/hayalan dan benar - benar t...