Aku terlahir dari seorang keluarga dengan background agamis dan Alhamdulillah berkecukupan.
Abah ku adalah salah satu pendiri ponpes di daerah ku dan begitu tersohor nya nama Abah ku di plakat-plakat pinggir jalan bahkan di semua orang.
Nama ku adalah Salamah Khumaira. aku juga tak mengerti di beri nama seperti itu. tapi kata orang tua ku itu nama yg paling bagus untuk anak putri-nya.
Umur ku saja baru beranjak 14 tahun. Ya, sekarang aku duduk di kelas 3 MTs pondok pesantren Abah ku. aku sangat disegani oleh para satriwan maupun santriwati.
Ya aku disegani Karena ayah ku. Kadang aku risih sampai di perlakukan istimewa dengan teman satu kelas ku.
"Ning duduk disini saja biar saya saja yang pindah" saut temanku yang melihat diriku mencari tempat duduk.
"Oh Ndak papa mbak, mbak duduk disini saja biar saya duduk di bawah toh, sama saja kan" jawab ku segan.
seperti biasanya dan khas mata celak hitam ku."Oh Ndak Ning, Ning duduk di sini saja biar saya yang duduk di bawah. Saya sungkan dengan Ning masak anak kiyai duduk di bawah"
Yah itulah yang tak ku suka. aku ingin seperti yang lain bergurau bersama tapi entah Kenapa Mereka selalu malu jika bertemu aku.
Lupakan cerita hidupku.
Aku seorang salamah Khumaira yang tak begitu antusias dan terkesan dingin dengan lawan jenis gang bukan makhromnya.Tetapi Saat aku duduk dikelas 2 MTs aku sangat mengagumi salah satu Satri di ponpes Abah ku. Ya, aku mengerti bahwa kekaguman ku menimbulkan zina qolbu. Tapi ku tetap tahan agar tidak menjalar ke Zina lainnya.
Suatu hari aku melihat lelaki itu. Dia juga keturunan anak yang sama dengan aku latar belakang keluarganya. Abah dia juga seperti abah ku. Tapi entah kenapa dia di pondokkan di ponpes abah ku. Padahal abahnya juga mempunyai ponpes.
huuffttt tapi biar lah tuhan menjawab pertanyaan ku.
Umi lelaki itu seorang Hafidzah terkenal di tempatnya, tak diragukan lagi kemahiran dalam membaca Alquran dan hadist-nya.
Nasib anak seorang pengurus ponpes dan Hafidzah itu pun sama denganku, sana-sini disegani .
Dia sering dipanggil Gus al, nama lengkapnya adalah alawy zakariyah. Maklum dia dipanggil Gus karena anak dari seorang pendiri ponpes, dan paling ia rasa tak nyaman saat orang dewasa menyalami dia dengan tunduk.
Dia berfikir apa kelebihan saya sampai orang segan dengan saya?, Saya hanya seorang anak ponpes biasa yang ingin mencari ilmu bukan segan dan tenar karena keluarga ku.
Entahlah mengapa Gus al risih dengan keadaan ini. Tapi banyak sebagian orang ingin di posisi Gus itu karena keteneran dari keluarga.
"Eh Gus, beruntung nggeh njenengan nggadah orang tua yang terkenal, kalau kulo dados Gus pasti Kulo bungah " (eh Gus, beruntung ya kamu punya orang tua terkenal, kalau saya jadi Gus pasti saya bahagia)
tiba-tiba Kawanya berbicara dengan bercanda."Hem mboten, Kulo malah risih, di perhatikan berlebihan, apa lagi kalau kaum hawa yang selalu menatap Kulo dengan senangnya" Gus Al membuka kitabnya.
"Tapi beruntung kan Gus njenengan juga ikut tenar dan banyak orang mengenal njenengan. "
"Hmm tenar?, Kulo ingin tenar amargi prestasi kulo, mboten keluarga kulo. Kulo nggeh mondok Ten mriki amargi keinginkan kulo. Kulo mboten ngebet tenar amargi keluarga"
belum juga di baca kitabnya, dia sudah menutupnya dan pergi menghindari perbincangan yang menurutnya sangat membosankan.
Aku tak sengaja mendengar perbincangan kedua makluk tuhan yang sempurna . mematung mendengar pernyataan Gus yang sangat bijak saat menjawab pertanyaan temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Hati GUS
EspiritualKeegoisan yang terdapat pada diri seorang Gus yang tidak bisa memilih antara istri pertama dan kedua. Menurutnya ia adil tapi yang dirasakan oleh istri pertama malah sebaliknya. Selamat membaca ❤️ Cerita ini hanya fiktif/hayalan dan benar - benar t...