mulai nyaman.

8K 384 8
                                    

Ini tentang waktu untuk bisa melupakannya

****

Tepat harini usia pernikahan ku baru 3 Minggu 4 hari. Seperti hari-hari sebelumnya, Entah sekarang aku sudah mulai nyaman dan akrab dengan mas Wisnu. Meski agak canggung.

Aku dan mas Wisnu menjalani kehidupan seperti biasa. Keluargaku sangat hangat apalagi keakraban mama yang membuatku nyaman.

"Mah, mama mau belanja bulanan, mau ikut atau tidak?"

Sekarang hari weekend. Sebenarnya hari ini adalah fulltime ku dengan keluarga kecilku tanpa menyibukkan sesuatu lagi.

"Iya ma, salamah ikut. Salamah juga mau beli buah buat salad ma" aku menerima ajakan mama. Sekarang aku di depan tv dengan kepala mas Wisnu dipangkuan ku. Sedangkan ibran yang bermain lego di hadapanku.

" Yah mama nih, kan hari ini qualititame  aku dengan salamah ma"  ucap mas Wisnu bersecih dan cemberut.

Memang kelakuan mas Wisnu tak berbeda jauh dengan mas Al.  Tapi mas Wisnu lebih manja, lebih cepat akrab dan membuat seseorang disisinya menjadi nyamab , seperti diriku ini.

"Mas, kan sebentar" aku menjawab protes dari mas Wisnu. Dia malah cemberut dan saat aku tanya tidak menjawab.

"Mas mau titip apa?"

Dia tetap diam, sampai akhirnya mama membatalkan rencananya untuk mengajakku berbelanja karena hanya anak laki-lakinya ini.

"Iya nggak jadi ngajak salamah deh. Mama ngajak ni Narti aja" ucap mama mengalah. Kalau nggak mengalah aku yakin pasti muka pak Wisnu semakin masam.

"Mah, nanti malam pergi sama Bu Narti aja. Kamu dirumah aja jagain bayi gede ini , hahaha"  mama tertawa di akhir bicaranya.

"Kan gitu jadi bisa fulltime sama kamu" saut mas Wisnu dengan senang dan memeluk pinggangku.

"Iya, mama ngerti yang pengantin baru,  dunia seperti milik berdua lah. Sampai lupa kalau udah punya anak" mama menyindir kita.

"Mama mah iri aja. Kan mama udah ada papa" jawab mas Wisnu.

"Mas ih, udah nggak boleh kayak gitu gak sopan" aku memperingatinya.

"Denger tuh anak mama yang ganteng dan Manja". Mama menyaut.

"Mama mah, au ah ayok ke atas yang" ajak mas Wisnu . Aku sudah tak aneh dengan panggilan yang atau bunda. Pertama kali mas Wisnu memanggil dengan panggilan itu aku merasa geli tapi lama-lama aku menikmati panggilan itu mengiang di telinga ku.

"Tau dah yang ngebe. Hehe" mama terus menggoda kita.  Saat kita ingin beranjak dari tempat tadi tiba-tiba ibran memanggil ku dengan mengucak mata sebelahnya.

"Bunda-aa" panggilan ibran yang sudah mulai ngantuk.

"Ngantuk. Mau tidul sama bunda" rengek ibran. Saat itu juga mas Wisnu bergumam cemburu.

"Yah gagal lagi" ucapnya frustasi di samping ku.

"Ya udah ayo, tidur sama bunda sama papa" aku menggendong ibrang sampai kekamar. Aku baringkan ibran di tengah-tengah ranjang.

"Bunda-aa peluk" ibran sangat manja saat ingin tidur.seperti saat ini dia sangat manja, ingin dipeluk samapai harus mengelus punggungnya agar cepat tertidur.

Aku mulai mengelus punggung ibran. Dan di samping ibran juga ada papanya yang mengelus rambut hitamnya.

"Mah-" mas Wisnu memanggil ku . Kubjawb dengan deheman halus.

Dua Hati GUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang