SAH

11.3K 404 26
                                    

Sah!

Suara terdengar dari ruang tamu. Dimana dari pagi hatiku sudah getar-getir saat mendengar abiku berkata dan menjabat tangan pak Wisnu, tangan yang membuat tanganku nyaman dalam waktu cepat atau lambat.

Memang benar cinta sesungguhnya ialah mengiklaskan, dan benar sekarang terjadi padaku, pada nasib keluarga hangat ku  dulu. Ya dulu dimana belum ada orang ketiga yang masuk dalam dapur rumah ku.

Aku didalam kamar menunggu jemputan dari pak Wisnu. Dengan malu aku mendongak kearah pak Wisnu yang sudah mengulurkan tangannya. Tangan yang akan membuatku tidak kecewa yang keduakalinya. Insyaallah.

"Mah~" pak Wisnu mengisyaratkan untuk menggandeng tanganya dan keluar.

"Pak" dengan canggung aku berpegangan dengan tangannya.

Kita keluar. pak Wisnu menggandengku dan merangkul pinggangku.

"Panggilnya jangan pak, mas saja"

Dia mendekat di telingaku dan berkata sedemikian rupa. Aku hanya mengangguk.

Hatiku sudah tak karuan. Ingin rasanya aku tidak keluar dari kamar karena rasa malu. Entahlah aku lebih malu sekarang.

Aku dan pak Wisnu , eh ralat lebih tepatnya aku dan mas Wisnu sudah berada di hadapan mama-papanya mas Wisnu  untuk meminta doa restu.
Dan bergantian ke abi-umi ku.

Mama-papanya mas Wisnu baru datang dari luar negeri. Makhlum keluarga pembisnis yang terkenal karena perusahaan tekstilnya, sedangkan abiku sudah pulang 1 Minggu sebelum aku menikah.

"Ini yang terakhir ya nu, kalian kan sudah mengerti bagaimana kehidupan rumah tangga dari kemaren, mama harap rumah tangga kalian lebih baik dari yang sebelumnya" mama menangis melihat mas Wisnu yang sudah menyunting orang yang berhasip sama Denganku.

"Amin, mohon doanya ma" neraka berpelukan dan mencium dengan sayang. Dan aku sekarang meminta doa kepada mamanya mas Wisnu.

"Mah, memang mama belum kenal. Tapi mama yakin kamu yang terbaik buat Wisnu. Mohon dibimbing ya wisnu" pesan mama.

"Iya. Mohon doanya"

"Iya semoga sakinah mawadah warahmah"  mama memberikan doa dan mencium dengan sayang. Meskipun kita belum akrab.

Beralih pada umi-abiku.  Aku dan mas Wisnu meminta doa. Entahlah air mataku menetes saat meminta doa kepada orang tuaku. Padahal setiap hari aku Doanya selalu untukku.

"Anak abi sekarang udah bahagia ya, jangan nangis-nangis lagi, kan sekarang ada Wisnu yang selalu ngejagain kamu" kata Abi memeluk anaknya. Anak perempuan yang selalu disayangnya sejak kecil.

" Le, jaga anakku. Jangan buat dia nangis. Abi serahkan anakku kepada mu. Semoga Abi tepat memilih orang" abi menepuk pundak mas wisnu dan mengangguk.

Sesudah Abi sekarang kepada wanita hebatku. Wanita yang menjagaku saat aku sakit dan orang yang sabar.

"Umi-ii" aku memeluknya dengan erat dalan tersedu-sedu ku.

"Umi doakan, anak umi ini bahagia dengan Wisnu, udah jangan nangis-nangis lagi kan sekarang ada Wisnu yang selalu ada buat kamu. Kalau ngambekan di selesaiin bersama dengan baik-baik, jangan pergi-pergi" umi mengelus punggungku dengan sayang dan mas Wisnu melihatku menangis, dia mengelus pundak ku juga.

"Dan wianu, jaga anak umi ya" sangat singkat pesan dari umi untuk mas Wisnu. Aku masih tergugu diperlukan umi.

"Pangestunipun mi" aku meminta doa untuk pernikahan ku ini.

"Enggeh, pon wes mboten pareng nanges, mboten pareng nesu-nesuan" umi mengulapi air mataku dengan pelan.

Acara sudah selesai, saat ini kita berkumpul dengan keluarga hangat baruku. Mama, papa , umi, dan abu eh tak lupa ibran anakku, aku memeluknya dengan erat.

Dua Hati GUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang