Cobalah mengalah dengan takdir walau membuat derita, tapi di balik penderitaan pasti ada bahagia yang akan datang meski tidak tau pasti kapan waktu yang tepat bahagia itu datang
~~~
Sudah beberapa Minggu aku di tinggal suami yang perfect buatku, ditambah karunia anak yang cerdas meski bukan dari rahimku langsung.
Aku sudah berada di rumah mewah yang membuatku bahagia meski hanya satu bulan. Cukup aku menangis untuk kepergiannya dan cobaan yang tak pernah berhenti.
"Bunda, iblan mau bobo sama bunda" terdengar suara detak ibran yang tak bisa tidur.
"Dengan senang hati pangeran, sini tidur sama bunda" sambil mencubit hidung mancung putra kesayanganku.
Balutan selimut halus sudah menghangat di tubuh pangeran kecilku. Kupandang wajahnya yang persis sekali dengan Alm. Mas Wisnu, hidung mancungnya dan kulit putihnya membuat ku teringat awal pertemuan dengannya, sungguh tampan.
Aku melihat jam dinding sudah menunjukkan pukul 11.00 malam, cukup aku tidak bisa tidur karena mengingat kejadian lampau dengan seseorang yang berada di dalam bingkai.
'andai mas masih bersama kita pasti aku tidak sendirian lagi'
'Disini ibran perlahan mengerti dengan kepergianmu mas, entah salamah harus menjawab apa, jika pengeran kecilmu ini bertanya tentang papanya'
Senyum getir kesedihan sudah bergelayut di bibir dan hatiku. Sungguh malang melihat ibran yang harus menanggung kesedihannya yang bertubi-tubi.
"Semoga bunda bisa terus bersamamu nak" aku mengecup pucuk kepala anakku dengan doa baikku yang semoga menyertainya.
Ingin tidur tapi ada perasaan yang mengganjal. Tiba-tiba aku mengingat ila. Baru kemaren ila dan umi bertamu di rumah, tapi entah kenapa aku merasa ila sedang tidak baik-baik saja.
Drrtttt
Ponselku berdering, dengan cepat aku mengambilnya. Tertulis UMI di log panggilan.
"Assalamualaikum mi"
"Wallaikumsalam mah, maaf mah umi butuh bantuan Salamah"
"Iya mi, jika salamah mampu Salamah bantu kok"
"Itu mah..."
Umi menahan perkataannya."Iya mi?"
"Itu mah, ila dari tadi menangis, di beri susu tidak mau, di gendong malah menangis"
"Astaghfirullah, ila kenapa mi?"
"Mungkin haus mah. Jika tidak keberatan kamu kesini ya mah, kasihan ila"
Tidak fikir panjang aku menyetujui permintaan umi, disana bayi kecil sedang butuh pelukan seorang ibu.
"Tapi supir Salamah sudah pulang mi, salamah juga nggak bisa bawa mobil mi"
"Gampang, nanti Al umi sirih jemput kamu, sama ibran"
Aku memikir dua kali untuk bertemu dengan mas Al.
"Tapi mi..."
"Tolong mah, kasihan ila"
" Yasudah mi, salamah siap-siap dulu"
"Iya mah, Al bentar lagi kesana. Makasih mah, assalamualaikum"
"Wallaikumsalam".
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Hati GUS
EspiritualKeegoisan yang terdapat pada diri seorang Gus yang tidak bisa memilih antara istri pertama dan kedua. Menurutnya ia adil tapi yang dirasakan oleh istri pertama malah sebaliknya. Selamat membaca ❤️ Cerita ini hanya fiktif/hayalan dan benar - benar t...