merindu

7.3K 386 15
                                    

Hati yang merindu, tapi takdir berkata tak boleh tuk merindu
****

Resah hati ini karena sebentar lagi salamah akan menikah dengan orang baik yang bisa membahagiakannya. Bukan sepertiku. Massa iddah salamah sudah selesai bersama dengan surat perceraian dari pengadilan. Memang surat perceraiannya lama turunya tapi tidak dengan salamah, ia sangat cepat untuk membuka hatinya lagi.

"Semoga bahagia mah" tertunduk lesu di gazebo depan rumah seperti biasa di temani kopi dengan satu sendok gula.

"Le, lusa pernikahannya salamah. Kita pergi bareng-bareng le" umi mengajak ku dengan lembut.

"Mi, Al tak siap mi. Mungkin Al tak ikut mi" kataku menggeleng.

"Kenapa le? Umi tau ini berat. Coba iklaskan le"

Mungkin umi sekarang satu pemikiran dengan ku 'merindu' dengan kehadiran salamah.

"Iya mi. Aku coba, Al kedalam dulu ya mi"

Umi mengangguk dan aku berlalu pergi kekamar. Aku melihat Maryam yang tertidur dengan perut buncitnya yang tak nyaman. Aku kasihan semenderita ini kah orang hamil.

Cup

"Yang nyaman tidurnya" aku mengelus perut buncitnya agar lebih nyaman. Tapi Maryam malah terbangun dan tersenyum dihadapan ku.

"Mas-"

"Hmm, tidur lah" Maryam malah memelih posisi senyaman mungkin di sampingku dan tertidur.

Saat seperti ini aku teringat salamah. Manjanya dia yang sedang hamil dulu. Yang selalu ingin di elus  tapi dia tetap sabar meski waktuku harus dibagi dengan Maryam.

Flashback on

"Mas-s" rengek manja Salamah saat aku ingin menaruh buku pondok di nakas.

"Kenapa mah?, Ingin apa?" Aku menyautinya mengerti Salamah ingin sesuatu.

"Pengen nasi goreng?"
Salamah menggeleng.

"Pengen sop buah?"

"Nggak mas, kalau itu mah maunya meryam" jawabnya sedikit cemberut.

"Iya maaf. Lah minta apa dong anak abi ini" aku tertidur di sampingnya dan mengelus perutnya yang hamil sekitar 3 bulan.

"Minta di giniin bi" katanya yang menuntun tanganku untuk mengelus perutnya.

"Entah mas , saat mas elus kyak gini rasanya tenang sekali. Jadi pengen tidur" katanya terus memegang tanganku yang sedang mengelus lembut.

"Sini tidur, dari pagi nggak tidur kan. Sini tidur" aku menuntun kepalanya agar bersandar di pundak ku.

Aku terus mengelus sambil melantunkan ayat suci Alquran kesukaan salamah, surat ar-rahman dan  Asmaul Husnah.

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

اَلرَّحْمٰنُۙ 
(Allah) Yang Maha Pengasih,

Dua Hati GUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang