mengiklaskan

9.9K 407 21
                                    

Devinisi cinta sesungguhnya ialah mengiklaskan

*****

Iklas, sudah iklas aku menerima keputusan ini, keputusan yang membuat perasaanku campur aduk. Antara sedih dan tenang karena sudah tidak ada penderitaan lagi.

"Yang sabar ya mah" pak Wisnu dan ibran menenangkan ku.

"Udah bun, jangan nangis telus ,kan masih ada papa" ibran berhasil membuatku tersipu malu dengan jawabanya.

"Ihh ibran kamu ini, bunda masih sedih kok bisa-bisanya bercanda" pak Wisnu mengingatkan ibran.

"Kan iblan hibul pa, bial bunda smile" tersenyum dengan dua tangan di pipi menirukan emoticon smile.

"Yes, smart my child"  mencium ibran dan aku ikut tertawa dengan interaksi mereka.

"Kamu ini bisa saja hehehe" aku tersenyum dan masih sesegukan dalam tangisan.

"Yes bunda udah senyum" girang ibran memelukku.

"Ya kan pa bunda smile lagi, iblan pintel kan" bicaranya masih cadel, itu yang membuatki gemas dengan anak kecil ini.

"Sip, anak papa pintar" pak Wisnu mengelus kepala ibran.

Khemkehm

Deheman Rara membuyarkan kesenangan kami dengan membawa nampan yang berisi minuman dan camilan. Ya, aku masih di butik Rara setelah ada kejadian yang menyakitiku dan melegakan ku.

"Udah seperti keluarga harmonis aja nih, bang kapan mbak Salamah dilamar, ibran udah ngebet punya bunda tuh hehehehe"

Rara berhasil membuatku bingung dan malu. Apa jadi bundanya ibran? Nggak salah, aku saja baru di talag oleh suamiku, suami yang kucintai setelah abiku. Tapi sudahlah takdir berkata lain.

"Iya tuh bro kapan di halalin, mumpung Salamah sendirian" bang Radit suami Rara ikut menimbrung.

"Entar-entar saja bro, insyaallah jika kami jodoh secepatnya aku ambil dia hehehe"

Apa?. Benar pak Wisnu berbicara seperti itu? Apa aku gak salah dengar?. GK mungkin pak Wisnu mau meminang ku, mungkin ini cuma bercanda.

"Maksud pak Wisnu?" Aku bertanya langsung dengan maksud pak Wisnu.

"Ya, jika surat cerai dari pengadilan sudah turun aku ingin menemui abi-umi mu mah, memang aku tak sealim dan tak banyak mengerti agama mah, tapi aku ingin belajar dengan mu, bersediakah engkau?"

Benarkah ini, pak Wisnu melamar ku. Halah mungkin pak Wisnu hanya ingin belajar agama bersamaku bukan yang seperti ku pikirkan.

"Khemkhem , jawab dong mbak Salamah" kata rara dengan tersenyum.

"Wih, bau-bau mau jadi pengantin baru ini, hehehe" bercanda bang Radit.

"Kamu ini dit bisa-bisa saja" terlihat jelas pipi pak Wisnu merah seperti malu. Apakah benar seperti yang ku pikirkan.

Aku mengangguk dan semua tertawa bahagia. Sampai akhirnya ibran meminta untuk tidur karena mengantuk.

"Bunda-aa iblan mau tidur" teriak ibran dengan mengucak kedua kelopak matanya.

"Ngantuk ya, ibran tidur sama Kesya ya itu dikamar itu" Rara menyaut dan menunjukkan kamar pribadinya di kantor.

"Baik Tante, pa-bun iblan tidul dulu ya" pamitnya dengan gemas.

"Iya ganteng" pak wisnu mengelus rambutnya lalu ibran pergi kekamar itu dan tidur bersama kesya, sahabat kesayangannya.

****

Dua Hati GUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang