Sudahlah berhenti berharap itu lebih baik***
Sampai akhirnya aku dan ia lulus MA . Aku melanjutkan pendidikan ku di Kairo. ya, hanya untuk sekedar melupakan Gus al atau memang pendidikan ku, sudah lah lama aku mengaguminya sampai teriris karena perbincangan orang tuanya kala itu. Aku merasa sakit hati, patah hati dan runtuh.tapi sudahlah itu takdir.
Lulus MA aku melanjutkan sekolah ke Kairo, memang dari kecil aku menginginkan sekolah di negara Islam itu dan semoga juga hadirnya aku di negara Islam itu ilmunya berkah.
Aku turun dari pesawat yang mendarat di Bandara internasional dinegara islam nan permai itu.
"Hufftt, akhirnya aku sampai juga di negara yang ku impikan sejak kecil"
semringah melihat pemandangan Kairo, sejenak ku melupakan masalah di Indonesia.Sedangkan temanku Rara memutuskan untuk melanjutkan studinya tetap di Indonesia. Memang permintaanya yang tidak muluk-muluk seperti aku, tapi Alhamdulillah aku bisa mencapai impianku meski aku fikir-fikir masih seperti mimpi.
Kairo, kota Padang pasir dengan banyak warganya mendalami Islam. kota menawan yang banyak terdapat masjid-masjid suci seperti masjid Ibnu tulan atau masjid al-maydan. Masjid tertua kedua di Kairo setelah masjid Amr. Kedua masjid itu mempunyai sejarah yang sangat panjang.
aku menyusuri lorong setiap masjid Ibnu tulan dan bertemu dengan wanita cantik sholehah, namanya Melinda putri. Putri cantik dari Indonesia , tujuan dia pergi ke Kairo sama persis dengan ku, mencari ilmu Islam lebih mendalam. Aku berbincang dengan akrab meski baru 1 jam lalu aku kenal dengan dia. Dia ceria pantas bisa cepat akrab meskipun baru mengenalnya.
Kita mengobrol tentang pakaian, pendidikan agama, Samapi pernikahan. hufftt, perbincangan yang membosankan karena menyangkut pernikahan dan hati.
"Salamah sudah menikah?" Tanya wanita cantik di sebalik Khimar panjang marronya.
"Hehehe belum Mbak, soalnya Salamah masih ingin sekolah" jawabku dengan membuka buku deary pink ku.
"Oh, memang salamah dari dulu nggak ada niatan pengen nikah muda gitu?, atau sedang memendam rasa dengan lawan jenis?"
Hufftt pertanyaan yang sangat membutuhkan tenaga ekstra untuk berfikir dan menjawabnya. tapi aku tetap menjawab dengan senyuman mesti getir rasa hati ini karena cinta yang tak tersampaikan ku.
"Hmm. dulu ada tapi salamah lupakan Karena fokus belajar" ucapku tidak jujur. ya, kalau Jujur nanti pasti aku malu sekali.
Drrrttt
Terdengar getaran benda pipih Mbak Melinda di telinga ku. secepat kilat Mbak Melinda membuka pesan singkat mungkin dari teman sebayanya.
Aku melirik seperti ingin tau apa yang terjadi pada handphone Mbak Melinda. Sudah jelas disitu terpampang foto Mbak Melinda dengan seseorang akhwat, mereka tampak dekat. Seperti tidak ada jarak saat berfoto. Aku melihatnya menyimak dengan seksama. Dan ternyata patner foto mbak Melinda adalah Gus al.
"Astagfirullah Gus al" dengan wajah penuh keringat aku menatap gugup layar itu seperti tidak rela jika berfoto dengan Melinda.
Aku tetap merenung dengan hati getar-getir. Tak lama Mbak Melinda meletakkan handphonenya ke atas bukunya kembali, aku tetap menatap handphon-nya
Dengan wajah gugup dan menahan malu, aku memberanikan diri untuk bertanya.
"Mbak! itu foto siapa?, maaf jika Salamah kepo" tanyaku dengan gigitan bibir bawah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Hati GUS
EspiritualKeegoisan yang terdapat pada diri seorang Gus yang tidak bisa memilih antara istri pertama dan kedua. Menurutnya ia adil tapi yang dirasakan oleh istri pertama malah sebaliknya. Selamat membaca ❤️ Cerita ini hanya fiktif/hayalan dan benar - benar t...