rindu bayangan

8.4K 416 53
                                        

Melihat bayanganmu saja sudah tenang apalagi melihat wajah elokmu
*****

Alawy POV

Termenung ditaman sudah menjadi rutinitas ku. Aku melihat anak kecil berlari dengan seorang wanita bercadar. Fikiranku kembali lagi pada keharmonisanku dulu dengan Salamah.

"Mas" panggilan Maryam mengaburkan fikiran ku tentang Salamah.

"Astaghfirullah, iya ada apa mar?" Ku sauti panggilannya.

"Mas kita kan ada jadwal lihat baju pengantin kita mas"

"Iya aku lupa ayok kita berangkat" kataku sembari jalan ke arah mobil.

Aku Sekarang di kota Bandung kota diamana aku melangsungkan pernikahan dan kota masa kecilku saat dirawat kakek ku. Ya, Bandung adalah rumah kakekku dan rumah paman ku. Kakek ku sudah meninggal saat aku duduk di bangku sekolah MA. Dan sekarang rumah dan pondok di pimpini oleh pamanku.

'Butik Rara indah'

Aku sudah berada di butik terkenal di Bandung, Maryam yang memilih butik itu untuk rancangan gaun pernikahannya.Bisa di tebak pernikahannya sangat mewah tak seperti pernikahanku dengan salamah. Argh kenapa salamah terus menghantui fikiranku.

"Ayo masuk mas" aku mengangguk dan menggandeng Maryam.

"Assalamualaikum"

"Wallaikumsalam" karyawan butik menyambut kita dengan baik.

"Bisa saya bantu pak?"

"Saya ingin melihat baju pengantin saya" jawabku dengan dingin.

"Atas nama siapa?"

"Maryam" Maryam menyaut memang betul kita memesan baju pengantin ini dengan nama Maryam.

"Baik mari saya antar"

Karyawan itu mengatakan kami ke baju pesanan maryam. Eits tapi aku melihat sosok wanita bercadar dengan anak laki-laki.

'itukan Salamah' aku mulai tidak fokus dengan Maryam dan melihat wanita bercadar itu.

Kutatap terus dan aku yakin itu Salamah. Tapi aku berfikir dua kali kenapa salamah di kota ini?. Padahal dia tidak punya kerabat atau saudara disini.

"Mungkin bukan Salamah" gumam ku.

Aku terus menatapnya sampai dia tak nyaman oleh tatapanku dan dia pergi salah satu ruangan dengan anaknya.

"Mas! Lihatin apa sih?" Maryam mengagetkan ku.

"Ndak kok aku cuma lihat gamis-gamis itu, seperti gamis Salamah" tak sadar aku berbicara tentang Salamah.

"Salamah, Salamah dan Salamah. Memang hati mas isinya cuma Salamah gak ada namaku sedikit pun". Dia cemberut

"Maaf sayang maksudnya seperti gamismu di rumah kan seperti itu, udah deh jangan cemberut" ku pegang Pipinya dan membujuknya agar tidak marah.

Tiba-tiba sang pemilik butuh datang. Aku kaget ternyata pemilik butik ini adalah Rara teman Salamah waktu di pondok.

Salamah POV

Dua Hati GUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang