3. Mesjid Tak Berpenghuni

20K 977 24
                                    

____________________________________

Pov Rifaldi.

Aku terbangun dari tidurku. Aku melihat kearah jam dinding ternyata sudah hampir jam 4. Aku memutuskan untuk pergi ke mesjid yang kemarin aku datangi.

Aku keluar dari tempat penginapan ini, ternyata masih pada sepi. Aku berjalan melewati rumah-rumah penduduk di daerah sini yang juga sangat sepi.

"Apakah tidak ada orang yang pergi ke mesjid?"

Aku sedikit merasa heran, hingga aku baru sampai di depan mesjid itu yang juga sepertinya sedang sepi.

Tidak adakah yang sholat subuh disini?

Ah nanti juga paling banyak orang, mungkin pada belum datang saja, pikirku lalu aku memutuskan untuk berwudhu dulu.

Aku duduk di mesjid ini sambil menunggu orang-orang datang, dan aku memutuskan untuk mengumandangkan adzan dulu, barangkali setalah itu penduduk pada datang kesini untuk sholat.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam," ucapku.

Lalu aku melihat kearah sumber suara dan ternyata seorang kakek tua yang mengucapkan salam tersebut.

Aku langsung menyalami tangan kakek itu. Pria dengan umur yang sudah menginjak 60 tahun ini melihat kearah dirinya.

"Sepertinya aku baru pertama kali melihatmu anak muda," katanya.

"Iya kebelutan saya orang baru disini," kataku.

Kakek itu hanya mengangguk saja.
"Ayo sekarang komat," perintahnya.

Aku menyerengit, belum ada jama'ah yang datang kesini masa aku harus komat.

"Tapi kek.."

Belum sempat aku melanjutkan ucapanku sudah di potong terlebih dahulu oleh kakek itu.

"Nanti biar saya jelaskan,"

Kemudian aku komat dan kakek itu menjadi imam. Kami hanya berjamaah berdua disini.

Setelah usai sholat subuh tadi, kakek itu mengajakku duduk di depan masjid ini.

"Nama kamu siapa nak?" Tanya kakek itu.

"Nama saya Rifaldi kek, nama kakek siapa?"

"Panggil saja saya Mbah Tarji." Kata kakek yang baru diketahui namanya Tarji itu.

Kemudian aku teringat dengan yang tadi, kenapa mesjid ini sepi penduduk. Padahal tadi aku melihat di depan kamar ada banyak orang yang pergi ke pantai.

Aku jadi teringat dengan niatku datang ke sini. Sepertinya memang ada yang salah dengan orang-orang yang ada di sini.

"Mbah Tarji saya ingin menanyakan tentang yang tadi, kenapa para penduduk disini tidak ada yang ke mesjid?"

Kulirik Mbah Tarji yang sepertinya sedang memikirkan sesuatu, kemudian dia menghela nafasnya dan melihat kearah depan.

"Semua warga disini sudah tidak percaya lagi dengan adanya Tuhan, makanya mereka semua sudah tidak mau beribadah di mesjid ini,"

Akupun menyerengit bingung. Apa yang menyebabkan warga disini tidak percaya lagi dengan adanya Tuhan? Apakah telah terjadi sesuatu sebelumnya.

"Kenapa mereka tidak percaya lagi dengan adanya Tuhan Mbah?" Tanyaku.

"Dulu semua warga disini pada rajin beribadah dan taat terhadap agama, tapi semenjak kejadian Tsunami 8 tahun lalu mereka kehilangan keluarga, harta dan semuanya. Hanya masjid ini yang masih utuh dan mereka menyalahkan masjid ini. Bahkan setiap ada orang yang meninggal sekarang mereka tidak menyolatkan mayatnya di mesjid dan menguburkannya. Mereka malah membuang mayat orang yang meninggal itu ke laut dan malah itu di percaya sebagai kesejahteraan hidup mereka agar tidak Tsunami lagi,"

Bersamamu Dalam Takdir Allah (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang