4. Batu karang

18.3K 898 24
                                    

Happy Reading.

POV AUTHOR

Hari ini semua mahasiswa sedang berkumpul di pesisir pantai terkecuali Kara dan juga Sofi mereka baru saja sampai di tempat itu. Mereka berdua datang terlambat karena tadi malah mengobrol dengan Rifaldi.

"Kalian kenapa baru datang?" Tanya Kamelia. Salah satu teman Dewa yang memang begitu dekat dengan pria tersebut. Sudah seperti perangko saja menempel terus.

"Kita tadi abis ketemu cowok ganteng dulu kak," jawab Sofi dengan tampang tanpa dosanya.

"Soff," peringat Kara yang merasa tidak enak.

"Cowo ganteng siapa tuh?" Tanya Kamelia yang tidak sengaja mendengar percakapan antara Sofi dan juga Kara.

Belum sempat Sofi dan juga Kara menjawab pertanyaan Kamelia barusan, tiba-tiba ada suara yang menginterupsi mereka. 

"Kalian datang terlambat?" Kata Dewa yang datang entah dari mana dan menghampiri para wanita itu sambil menatapnya tajam.

"Maaf kak," ucap Sofi dan juga Kata sambil menunduk. Mereka berdua langsung ketakutan kalau Dewa sudah menatapnya dengan tampang mengintimidasi.

"Sebagai hukumannya kalian harus mencari batu karang sebanyak 100 buah," kata Dewa tegas.

"Tapikan kak itu banyak banget, yang lain juga pada nyari 5 doang," kata Kara tak terima.

"Iya kak, masa kita harus nyari batu karang sebanyak itu," kata Sofi.

"Itu hukuman untuk kalian karena datang terlambat, dan tidak ada bantahan dan tawar-menawar," kata Dewa tegas.

Sedangkan Kara dan juga Sofi malah menatap Kamelia dan berharap perempuan itu bisa membantunya. Namun, wanita itu malah tidak ada empatinya sama sekali.

"Dew, apa itu tidak keterlaluan, lagian mereka hanya terlambat beberapa menit saja," kata Kamelia.

"Keterlaluan itu kalau aku menyuruh mereka untuk merenung di tengah laut, aku'kan cuma menyuruhnya untuk menyaring batu karang aja," kata dewa.

Lalu mata Dewa menatap kedua wanita itu. Dia memang sengaja melakukan itu karena ingin memberikan hukuman pada keduanya.

"Kenapa pada diem aja disini? Ayo cepetan cari dari sekarang nanti keburu sore!!" Perintahnya.

Sedangkan Kamelia menatap dua wanita itu dengan tatapan bersalah karena tidak bisa membantunya untuk meringankan hukuman dari Dewa.

Kara dan juga Sofi yang mendapat perintah dari Dewa pun langsung berlari kearah pesisir pantai untuk mencari batu karang tersebut.

"Kak dewa ngeselin banget deh mentang-mentang jadi ketua dia bisa menyuruh kita seenaknya," gerutu Sofi.

"Udahlah sof lagian ini salah kita juga yang datang terlambat, lagian kamu tadi pake acara nyemperin cowok ganteng segala," sergah Kara.

"Cieee sekarang kamu udah mengakui kalau Mas Rifaldi itu ganteng," goda Sofi yang kini melihat kearah Kara.

"Is kau ini apaan si?" balas Kara yang kini memalingkan wajahnya karena tidak mau digoda seperti itu.

"Iya kan tadi kamu bilang 'peke nyameprin cowo ganteng' itu artinya secara tidak langsung kamu mengakui kalau Mas Rifaldi itu ganteng dong," ujar Sofi lagi.

"Gak usah membahas dia deh," ujar Kara yang kini merasa malu.

"Ciee pipinya udah merah," balas Sofi.

"Kalian berdua malah bergosip bukanya mencari batu karang, pokoknya aku gak mau tau kalian berdua harus berpencar mencari sendiri-sendiri," kata Dewa yang tiba-tiba muncul.

Bersamamu Dalam Takdir Allah (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang